• Muslimah Sholehah

    Jika wanita cantik itu ibarat bintang-bintang langit, wanita yang tahajud di sepertiga malam tentulah yang paling bersinar di gemerlapan

  • Tsukuba University

    in Tokyo.

  • Rumah Pelangi

    Kita berwarna dan dengan keimanan kita ingin mewarnai lingkaran sekitar

  • Temilnas FoSSEI 2012

    Temu Ilmiah Nasional FoSSEI di UIN Suska Riau Maret 2012. foto: di depan Aula kampus UIN Suska

  • Temilnas FoSSEI 2012

    Temu Ilmiah Nasional FoSSEI di UIN Suska Riau Maret 2012. foto: di Kerajaan Siak Riau

Ketika Tuhan Bicara, Ketika Kau Jatuh Cinta

Minggu, 08 Januari 2012 1 komentar

SEKAR     : TUHAN, hari ini aku kenalan sama orang. Namanya Ikhwan…  Orangnya baiiiiiik sekali. Kira-kira, besok aku ketemu lagi ga ya sama dia?
Tuhan hanya diam.
SEKAR     : YAA RABB, hari ini aku ngobrol sama Ikhwan. Ternyata dia ramaaaaah banget. Orangnya dewasa lagi… kira-kira, sekarang dia lagi ngapain ya?
Tuhan hanya mendengarkan.
SEKAR     : YA ALLAH, hari ini aku ketemu dan ngobrol lagi sama dia. Rasanya senaaaaang sekali. Dia bilang aku baik… dia bilang… dia bilang… duuuh, kenapa sih aku ga bisa berhenti mikirin dia?
SEKAR     : Ya Tuhan, dia bilang dia sayang aku. Rasanya aku jatuh cintaaa!
SEKAR     : Tuhanku, udah seminggu ini dia ga ngasih kabar. Kenapa ya? Dia udah lupa ya?
SEKAR     : Tuhanku, udah sebulan… tapi tetep ga ada kabar. Smsku ga pernah dibales. Surat dariku ga pernah dijawab. Ternyata benar dia udah ga peduli. Ternyata benar dia cuma pura-pura sayang.
Aku sedih ya Tuhan… ternyata aku bodoh sekali. Ternyata… ternyata…


Akhirnya…
Tuhan pun bicara…
Sekar, sebelum tangismu memecah dunia
Sudah kupilihkan untukmu pendamping setia…
Yang kan menjagamu sepanjang waktu
Yang kan memimpinmu untuk menjaga kemuliaan dien-Ku
Maka mengapa engkau rela masuk
Ke dalam labirin cinta yang semu… dan
Mengikrarkan cintamu pada seseorang yang tak kau tahu…
Sekar…, saat kau merasa bahagia
Atas cinta yang kau rasa, saat itu pula
Tak tahukah engkau betapa KU tercabik-cabik,
saat pikiranmu mengawang bersamanya?
Padahal kau tahu aku dekat, lebih dekat
Dari urat lehermu sendiri…
Maka mengapa kau tak peduli?
Sekar, saat kau merasa pijakanmu runtuh
Ketika ia pergi, mengapa kau tak melihat
Bahwa AKU selalu menemani?
Mengapa kau terus menyiksa diri dengan sejuta
Pertanyaan kenapa ia tak kembali…
Sekar yang KUkasihi dan KUsayangi seperti hamba-hambaKU yang lain,
kuberi engkau  Orang tua, saudara, dan sahabat
Untuk bisa kau jaga…
Untuk jadi teman tertawa, untuk menebar cinta
Untuk membantumu menghapus lara… tapi mengapa kau
Tak menyibukkan diri memikirkan mereka?
Memikirkan orang-orang yang benar-benar mencintaimu…
Memikirkan mereka yang sayangnya
tak pernah luruh oleh waktu…
Namun Cintaku, jika hati dan seluruh ragamu
Ingin kembali ke cahyaKU…
Maka tak pernah ada kata terlambat untukmu
Dan para malaikat telah mencatat niat tulusmu itu di bukunya…
dan saat itu pula kau kan melihatKu tersenyum bahagia…
Karena apa pun keadaanmu,
Kasih sayangKU tak kan pernah pudar
KepedulianKU tak kan pernah mati
RahmatKU tak kan pernah surut
Hingga bumi mengeluarkan isi perutnya…
Hingga semesta meruntuhkan langit terakhirnya…
Ketahuilah, Cinta_KU… kasih_KU kan selalu ada
Sampai perjalananmu nanti menuju surga.
wallahualam…..

Pertemuanku bersama 2 Mutiara Kecil

2 komentar


Rabu itu,, sepulang dari coaching dengan 2 saudariku yang lain. . pulang diliputi kegalauan, kegalauan yang akan membawaku kepada langkah-langkah nyata, aamiin.. kini aku pulang dari jalan Tubagus sendirian tanpa ditemani seorang sahabat cantik. Yang biasanya aku selalu tertidur di pojok angkot, kali ini mata terus terbelalak sampai aku turun di depan gang Panorama Setiabudhi. Pikiran melayang memikirkan ini dan itu, berkelana kesana dan kemari, berlari-lari menerawang ujung dunia, hhm..mungkin aku memang harus mencari seorang + alias “perantara”.. Hhsssttt... cerita di lain waktu aja,, hhe.
Setelah kaki ku langkahkan keluar angkot, kaki pun ikut galau mau ke Gerlong (cari buat makan malam) atau langsung melangkah ke kosan, dengan keadaan yang ga normal (kataku) kaki ini cuman bolak balik ngehadap ke jalan-berbalik-ke jalan-berbalik lagi,, bingung... trus aku liat 2 mutiara kecil di sebelahku,

“sedang bawa apa de?” tanyaku setengah sadar kala itu.

“botol teh” ucap mulut yang suci itu.

“kaya gitu dijual per kilogramnya berapaeun (masuk deh basa sundanya, hhe)?”

“seribu teh” ucap mutiara kecil yang sedang mau nyebrang itu.

“Hah, serius...? cuman seribu?” ucapku dengan mata terbelalak dan mengembalikan nyawaku yang entah sudah menerawang kemana.. “Ikut teteh yuuu... teteh di kosan ada banyak botol”.. ucapku dengan semangat.

Mengangguk...

Lalu berjalanlah aku ditemani 2 mutiara kecil itu menelusuri jalanan Panorama menuju kosanku,

“Masih sekolah de?” tanyaku sambil merangkul bahu salah satu mutiara kecil itu, sedang mutiara kecil yang satunya berjalan di belakang kami.

“masih teh..”

“kelas berapa?”

“kelas 4 SD”

“Oiya, kalian saudara?”

“iya, dia adik saya” ucap mutiara kecil itu sambil menunjuk ke arah belakang.

“Eh, nama kalian siapa?” tanyaku sambil merangkul mutiara kecil yang dibelakang.

“nama saya Anjas, dan adik saya namanya Rizki kelas 2 SD teh..”

“Oooo....” – “Kalian kurulilingan (baca : kelilingan ‘basa sunda’) nyari botol kaya gini sampai jam berapa?”

“sampai jam 1 teh, kadang sampai jam 2 juga”
 bukan gambar sebenarnya

Deggg.... hatiku pun langsung merunduk malu... jam segitu, aku sedang asik di kamar, sedang tidur di atas kasur yang empuk, di bawah selimut yang tebal, dihiasi oleh kegelapan lampu kamar yang selalu aku matikan dan ditemani oleh mimpi-mimpi indah.. Malu sangat ya Allah,, anak-anak kecil yang tak berdosa, yang belum tau beban hidup, di saat mereka harus istirahat mempersiapkan fisik dan kondisi untuk sekolah di keesokan harinya, mereka harus menyelusuri jalanan, eh salah...menyelusuri tong sampah satu ke tong sampah lainnya untuk mengumpulkan gelas minuman, botol, dan plastik-plastik bekas untuk diberikan ke ayah mereka yang selanjutnya untuk dijual dimana satu kilogram dari plastik-plastik itu dihargai 1000, bayangkan..!!! plastik itu beratnya berapa? Satu kilogram itu sebanyak apa? Dan harus mencari kemana mereka? Selama apa mereka harus menyelusuri jalanan? Pantas saja kalau mereka bilang, pulang ke rumah biasanya jam 1 kadang jam 2 dini hari. Ya Allah, hatiku pun tertegun dan mataku menahan air mata melihat perjuangan mutiara-mutiara kecil ini.

Sesampai di kosanku, aku yang seorang kolektor botol (sebut saja begitu, karena sebelum aku beli galon aku beli minuman mineral botol yang 1500 liter dan botolnya selalu aku kumpulkan), aku memiliki 2 kresek gedhe dan isinya botol semua. Lalu aku bawa botol-botol itu keluar dan aku serahkan kepada mereka yang menungguku di teras kosan. Lalu sebagai gantinya, aku minta mereka menemaniku untuk beberapa menit, jam malah.. 2 jam kalo ga salah. Mereka pun menurut begitu saja (aneh ya, ko mereka ga takut aku bohongi, misalkan ketika mereka menunggu di depan kosan, dan aku ga keluar lagi, hehehe  subhanallah yaa, pastinya Allah yang menggerakkan hati mereka untuk mempercayai orang yang baru mereka kenal).

Lalu aku pun meminta mereka menunggu ku di teras depan kosan, dan aku pun pergi meninggalkan mereka untuk pesan nasi goreng (maklum uda laper banget sejak pulang dari coaching, hehe). Ketika aku kembali, mereka masih duduk manis menungguku. Lalu aku ajak mereka ngobrol, mulai dari keluarga mereka, ibu mereka, adik, ayah dan pekerjaan orang tua mereka. Aku menanyai mereka tentang Allah, awalnya mereka menggeleng tidak tau siapa itu Allah, dan aku perlahan memberikan gambaran kepada mereka tentang Allah.
Aku sedikit menjelaskan sih, aku hanya melempar pertanyaan yang akhirnya mereka menjawab sendiri atas pertanyaan yang mereka ajukan.

“Adik-adik tau ga? Yang menciptakan kita itu siapa?”

Mereka menjawab “Allah..”

“Kalau Kucing?” – “Allah” – “Pohon?” – “Allah” – “Kalo rumah?” – “Bapak....” hehehehe.... pertanyaan pertama aku tutup dengan tertawa, (Ooops, mereka tidak ikut tertawa karena jawaban “bapak” menurut mereka adalah jawaban yang benar, tapi aku ngakak geli.. iya jawaban mereka memang benar, hanya saja ekspresi polos mereka masih membuatku tersenyum sendiri ketika mengingatnya, hihihiiiii)

Lalu aku mulai menanyai mereka tentang Sholat,

“Hayooo,, kalian suka sholat ga?” tanyaku dengan melempar senyum ke mereka. Saat mendengar pertanyaanku, sang kakak (Anjas) hanya bisa diam saja, sedangkan adiknya (Rizki) dengan polos menjawab “Tidak...”, lalu aku pun tersenyum kepada mereka.

“Bisa sholat tidak?”, dan mereka menjawabku dengan gelengan kepala.

“Papa ga pernah sholat teh” ucap Anjas padaku.

Sambil tak mengurangi senyum, aku pun memutar balik otak mencari jawaban yang pas. Lalu aku mencari metafora (perbandingan yang logis) supaya mereka menangkap apa yang aku maksudkan.

“Hhm... kan tadi yang menciptakan kita Allah ya... hewan, tumbuhan dan semuanya... coba Anjas dan Rizki menarik nafas dan menghembuskannya”, mereka pun mengikuti ucapanku sambil menarik dan menghembuskan nafas. “Nafas itu siapa yang ngasih?” tanyaku...

“Allah” jawab mereka. “Trus coba kalian tepuk tangan”, dan mereka pun bertepuk tangan. “Kalian bisa bergerak itu siapa yang ngasih?” – “Allah”, jawab mereka – “Nah, Allah itu baik banget kan?” hehehe... dan mereka pun mengangguk. “Mau ga kalian melakukan yang Allah suka?” tanyaku pada mereka, dan untuk kesekian kalinya mereka mengangguk.

“Allah itu suka orang yang sholat lho, mau ga teteh ajarin sholat?” dan dengan wajah antusias mereka mengangguk dan berucap “Mau teh..”...

Terus aku melihat sandal mereka yang warnanya sudah melebur dengan warna tanah liat, aku pun langsung bertanya kepada mereka, “Hayooo.. kalian sehari mandi berapa kali? Allah suka orang yang mandi dan bersih lho..” dan mereka pun saling menatap. “3 kali teh” ucap si kecil Rizki, “Wah beneran?” hehe, setengah ga percaya, orang aku aja mandi sehari 2 kali, kadang malah cuman 1 kali, kwkwkk... *kebongkar deh, heu.

Lalu aku tanya ke mereka “Hayo, sandalnya ga pernah dicuci ya?” hehehe... ucapku sambil sedikit meledek dan becanda.. “Hehehe, iya teh” ucap Anjas, “Yang aku dicuci ko” ucap si kecil Rizki...

Dan aku pun teringat nasi goreng yang aku pesan, lalu aku pun mendatangi si bapak Nasi Goreng “ko lama” pikirku.. trus si bapak pun membantuku membawa 2 piring dan aku membawa 1 piring.

“Nih, adik-adik... dimakan ya” ucapku sambil melahap nasi goreng yang sudah di hadapanku. Senang rasanya malam itu, sejenak aku lupakan gemuruh hatiku dan aku nikmati saat-saat bersama 2 mutiara kecil itu. Kami makan bersama di teras depan kosan.

Trus tiba-tiba si kecil Rizki bilang “Teh, nyeri untu” (baca : sakit gigi ‘baca sunda’).... “Waduhh....” aku langsung kelabakan bingung mau ngapain, soalnya dulu pernah ngerasain sakit gigi dan ga mau lagi lagi.. hhehe. “Tunggu di sini ya, teteh ambilkan air minum”, dan aku pun langsung lari ke kamar untuk ngambilik mereka minum. Dan ketika aku memberikan satu gelas air mineral ke Rizki aku bilang, “Rizki, air gelas ini tadi uda didoain sama teteh, kata teteh gini ‘ya Allah, semoga air ini menjadi obat untuk Rizki, beri kesembuhan pada gigi Rizki ya Allah’” ucapku, hehe.. berbohong sih... tapi gapapa kan, kali aja dia percaya dan meyakini dan akhirnya sembuh beneran, heu... da mereka anak-anak baik ini, pasti disayang juga donk sama Allah, 

“Udah sembuh ki?” tanyaku – “belum teh” jawabnya – Waduh, gmana ini ya, hehe.. ga manjur...

“Teh, udah.. wareg” (baca : kenyang ‘basa sunda’), “Ooh, yasudah ga dihabiskan gapapa”.. ucapku ragu, waduh mubadzir donk.. tapi kalo dihabiskan bisi aku malah nyakitin mereka dengan sakit giginya, hhm....

“Hayoooo, kalian ga pernah sikat gigi ya?” tanyaku sambil senyum – “Engga teh” jawab Rizki dan Anjas.  “Oke, sebentar yaa...” aku pu meninggalkan mereka ke kamar lagi, berharap ada yang bisa aku berikan pada mereka, dan untungnya ada 1 pasta gigi dari madu yang pernah dibawain sama bunda tersayang, trus sikatnya? Hhm..beli deh. Nah, pas aku liat uang di dompet aku, kebetulan banget tinggal 24ooo dan itu cukup untuk membayar nasi goreng, hahahahaa... galau deh, mana anak-anak kosan pada ga ada (tadinya niatnya mau minjem uang mereka dulu, hho), trus aku ke bawah aja.. “De, tadinya teteh mau ngasih sikat dan pasta gigi, tapi adanya pasta gigi doank, kalo kalian nanti di rumah beli sikat gigi gimana? Tanyaku – “Ga punya uang teh” – “Waduh, galau juga”.. lalu untuk terus menyambung silaturahim, aku bilang ke mereka “yasudah, semoga nanti kita ketemu lagi ya, toh teteh udah tau alamat rumah kalian, nanti kalau teteh ada kesempatan atau kita ketemu lagi, teteh beliin sikat dan pasta gigi, Allah suka orang yang sikat gigi lho” ucapku, dan mereka tersenyum dan bilang “iya”.

 Lalu mereka pun beranjak pergi sambil aku mengembalikan piring nasi goreng, “Udah ya, salam ke keluarga kalian” ucapku. Si Anjas uda berlalu, dan si kecil Rizki mendekat padaku dan bilang “Salim teh..”. Wowww... deggggg... aku pun langsung mengerutkan kening dan menarik ujung bibirku, pengen nangis tapi malu, heu... dan karena kedua tanganku membawa 3 piring, akhirnya aku hanya memberikan satu jari kelingkingku untuk dia cium. Ya Allah, maafkan aku. Sungguh aku ingin tangan ini banyak dicium oleh anak-anak seperti mereka, sebuah ketenangan tersendiri yang aku rasakan ketika aku bisa bersentuhan tangan dengan mutiara-mutiara seperti mereka. Dan kulihat mereka berlalu.

Pelajaran apa yang bisa aku ambil??? Banyakkkk....

Sebuah rasa syukur tersendiri bagiku, aku yang sering sms mama supaya cepat dikirim bla bla bla, kalau engga kadang ngambek. Cemen banget sih aku ini. Coba lihat 2 mutiara yang barusan berlempar cerita denganku, mereka rela disuruh orang tua mereka untuk mencari botol, dan kembali ke rumah sekitar jam 1 atau 2 dini hari, mereka tiada keluh kesah sedikitpun.

Oiya, karena aku Muslimah Pemimpi, aku pun menanyai mimpi mereka. Luar Biasa, si Anjas pengen jadi Masinis kereta api dan adiknya Rizki pengen jadi pilot. Dan di akhir pertemuan bersama mereka, aku pun mengucapkan “Anjas, suatu saat teteh pengen lihat dan kenal seorang masinis hebat bernama Anjas. Dan Rizki, suatu saat ketika teteh punya pesawat atau helikopter, teteh pengen Rizki yang jadi pilotnya”, dan senyuman serta tatapan penuh semangat dan harapan mereka lemparkan ke hatiku, dan hatiku pun penuh dengan gemuruh harapan suatu saat mereka bisa mendapatkan apa yang mereka inginkan.

Hikmah kedua, aku jadi berfikir bahwa mimpi besarku adalah Berbisnis.. Why? You know Why??

Pertama,
karena aku ingin melihat anak-anakku kelak segala kebutuhannya terpenuhi olehku dan suamiku, tanpa mereka harus membuka tangannya untuk menengadah, dan aku ingin mengajari mereka berbisnis sejak kecil, aku libatkan mereka di setiap aku berbisnis sehingga mereka tau sberapa menantangnya mencari penghasilan itu. Nah lhoe, jadi maunya gimana? Hehe. Mau anaknya kerja atau engga, tentunya kerja ga kudu dengan melukai tangan mulus mereka donk, iya kan? Hhm.. sudah aku siapkan maping untuk pendidikan anakku nanti, santaiii... hhehehe.

Trus kedua,
supaya aku bisa membuka lapangan pekerjaan untuk mereka yang memang tidak memiliki pekerjaan. Dan akan aku utamakan untuk orang-orang yang memang membutuhkan dan tidak ada yang bisa dilakukan selain di tempat kerjaku. Lalu bagaimana kalau mereka melakukan kesalahan dalam melakukan pekerjaannya? Tenang, sebelum mereka diterjunkan di Rumah Makan (Ooops, keceplosan, hehe)  mereka harus ditraining dulu.

Banyakkk banget yang ingin aku lakukan Suatu Saat Nanti.. dan akan aku cicil langkah kecil sejak sekarang. ;)
Salam ~Nice Muslimah

WOMAN, DREAMS AND “MUNAKAHAT” IN MY PERSPECTIVE.

Jumat, 06 Januari 2012 1 komentar

Hari yang Luar Biasa, Rabu 04 Januari 2011 di suatu tempat yang penuh dengan bau masakan, kebanyakan orang yang datang ke sana dalam keadaan lapar, mungkin haus atau mungkin cari tempat diskusi dan ngobrol.
Kami bertiga duduk di salah satu meja yang bisa dibilang “center table” karena letak meja kami di tengah-tengah ruangan, diantara meja-meja yang lain. Kami membahas beberapa hal yang Luar Biasa, tentang sosok yang kuat nan penuh kelembutan “Wanita”. Merinding sangat saat memulai menulis artikel ini, kenapa? Karena meleset sedikit bisa-bisa aku membuka gemuruh yang sedang bergelut di dalam hati ini (tuh kan, uda keceplosan, hehe). Pembicaraan ini sudah tidak asing atau aneh lagi ketika seorang wanita/pria seusiaku membicarakannya, yaitu tentang “Munakahat”, sebuah bahasan yang cukup membuat galau para korbannya, ekstriim banget ya... “galau para korban”, heu.


Duduk bertiga di meja yang ada 4 kursi, jadi kami mengosongkan satu kursi lainnya.. Obrolan itu dimulai dengan sedikit sharing mengenai Wanita Pemimpi (aku menyebutnya), “apakah salah jika wanita itu bermimpi besar?” Hhm... sangat tidak, yang salah itu jika wanita tidak berani bermimpi besar. Namun ada beberapa wanita yang berfikir “Cukup dah, aku jadi istri dan ibu yang baik”, apakah itu sudah cukup? Tanyaku. Tidakkah kita malu jika suatu saat ada orang yang bertanya kepada anak kita “Ibu kamu kerja apa Nak?” – “di rumah saja Pak/Bu”.. mungkin anak kita biasa-biasa saja, namun kita sebagai seorang wanita hanya bisa menengadahkan tangan ke suami dan duduk diam di rumah, sekali kerja hanya beres-beres rumah, nyuci, masak, melayani suami, trus menunggu anak dan suami pulang. Sungguh tidak produktif bagiku.. (namun beda lagi ya jika ternyata memang sama suami tidak boleh kerja, tentunya kita kudu nurut sama suami tercinta donk, hhe) tapi larangan suami bukan berarti kita hanya bisa masak, menyapu, mencuci, menunggu suami pulang, membersihkan rumah dan pekerjaan-pekerjaan ibu rumah tangga yang memang sudah kodratnya dilakukan oleh seorang wanita, boleh donk kita melakukan yang lebih produktif lagi, misalkan membuka warung makan, katering, tempat les, lembaga pengembangan diri dan pekerjaan menghasilkan yang lain. Hal ini bukan berarti kita ingin menyaingi pendapatan suami ya, just in order to we as female can productive.


Aku sebagai seorang wanita pun memiliki mimpi yang besar, sangat besar malah. Selain bermimpi menjadi seorang ISTRI dan IBU bagi suami dan anak-anakku, aku pun memiliki mimpi untuk menjadi ibu untuk anak-anak yang lain utamanya yang memang mereka membutuhkan kasih sayang seorang ibu. Aku pengen memiliki Rumah Makan dan Tempat Kursus, tentunya yang desain bangunannya serba natural (alam) dan penuh ijo-ijoan alias tumbuh-tumbuhan, bisa berupa saung. Rumah Makan dan Tempat Kursus itu berada di sekitar lokasi rumah, kenapa? Karena supaya ketika suami dan anakku pulang aku bisa mengetahuinya dan kembali ke aktivitasku sebagai seorang istri dan ibu, sehingga Rumah Makan dan Tempat Kursus itu tidak mengurangi pengabdianku kepada suami dan anakku. That’s My Great Dream.


Rumah Makan,
aku ingin yang desainnya sangat alami (natural), penuh pemandangan dan pilihan lokasi makan, karena setiap orang memiliki keunikan masing-masing. Ada yang suka makan di bawah pohon, maka aku ingin di Rumah Makanku ada lokasi tempat makan yang berada di bawah pohon. Ada yang suka makan sambil mendengarkan musik, maka mereka pun bisa mendapatkan fasilitas itu di lokasi yang mereka pilih. Hhm...tentunya yang tema’nya tetap alam..


  
 Tempat Kursus,
aku ingin tempat kursus yang aku miliki berdesain alam. Tempat kursusnya ada yang indoor maupun ada yg outdoor, sehingga peserta didiknya tidak bosan dengan atmosfer ruang kursus yang itu-itu saja. Lalu untuk para pendidiknya kita bekali dulu “Quantum Teaching”, lalu mereka diajari cara mengenal karakter peserta didik supaya peserta didik bisa menerima pembelajarannya sesuai dengan kemampuan penerimaan yang mereka miliki.



 Aku pun ingin menjadi penulis,
bukan penulis sebuah teori melainkan penulis teori yang dikemas dengan gaya cerita yang khas. Aku anaknya suka membaca namun bukan membaca buku pelajaran atau buku kuliah, kenapa? Karena buku-buku tersebut terlalu kaku menurutku. Sampai suatu ketika aku berfikir “Kenapa sih buku pelajaran ini tidak berbentuk cerita?”, hahahaa.. Kalau aku menemui buku pelajaran atau kuliah, aku selalu meminta orang lain untuk membacanya lalu setelah itu diceritakan kepadaku hasil bacanya dengan gaya dia, jadi seolah-olah dia bercerita padaku tentang isi buku itu.
  


 Aku ingin menjadi pembicara.
Kalau ada yang tau teh Ninih (istri Aa Gym), aku ingin seperti beliau. Wajahnya selalu cerah memancarkan sebuah keimanan dan ketaqwaan, gaya bicaranya, senyumannya, tatapan matanya, sangat menginspirasi dan penuh kasih sayang (menurutku). Aku yang anaknya suka bercerita dan berbagi cerita, maka aku ingin kebiasaanku itu menjadi expert bagiku, aku ingin menjadi pembicara, pembicara tentang wanita (baik itu tentang kesehatan, pendidikan, kemuliaan, dan apapun tentang wanita). Aku ingin menjadi wanita teladan para kaum wanita, setiap bicaranya, tingkah lakunya, senyumnya, pandangan matanya penuh dengan pembelajaran, motivasi dan kebaikan.

That’s My Great Dream.
We will back to our discussion about woman and munakahat. Di usiaku yang menginjak 20 tahun dan akan masuk 21 tahun pada 03 Juli 2012 ini, perbincangan urusan “Munakahat” bukanlah hal yang tabu atau aneh lagi. Bahkan kalau kalian tau, aku sudah memikirkan tentang hal ini sejak aku masih di SMA, aku sudah memikirkan tentang pernikahan dan persiapan yang harus dilakukan, tapi karena masih SMA sehingga aku masih malu untuk membahasnya. Dan sekarang usiaku sudah masuk fase “mekar” kalau kami menyebutnya, sehingga pembahasan ini di kalangan kami akhwat-akhwat atau akhwat-ikhwan itu sudah biasa.
Beberapa hari terakhir ini ada topik yang berseliweran di telingaku, tentang menentukan pilihan pasangan, tentang menentukan hari pernikahan, sampai mengenai memutuskan “MENIKAH atau tidak”. Pembahasan itu cukup membuatku tersenyum manis pada diri sendiri. Kalau aku liat, sebenarnya mereka yang bercurah cerita kepadaku sudah pada siap, hanya saja ada satu kata yang membuat mereka meragu yaitu “tapi” sehingga kesiapan mereka langsung hancur dengan adanya satu kata yang mematikan itu. “Aku pengen nikah tahun ini, tapi.......” – “Aku pengen nikah sama dia, tapi....”, memang cukup membuat galau karena satu pilihan yang kita tentukan saat ini sangat berpengaruh untuk keberlangsungan iman dan taqwa kita satu, dua, sepuluh, seratus, bahkan sampai di akhirat nanti, tapi bukan berarti kita hanya bisa menimbang-nimbang terus, tanpa mengambil keputusan. Iya atau Tidak. Galau yang sama-sama dirasakan oleh baik sang ikhwan maupun sang akhwat.
Sang ikhwan galau, takut salah pilih, takut ditolak... Akhwatnya nungguin, serius ga sih? Kalo serius buruan datengin aby-umy aku, kalo ga keburu aku dikasihin ke orang lain. Nah lhoe, galau deh...
Aku ada metafora nih,
1 + 2 = 3
1 dan 2 tidak akan menjadi 3 kalau tidak ada +, sehingga 1 dan 2 membutuhkan perantara supaya menjadi 3..
Mungkin itu yang dibutuhkan ikhwan-akhwat itu, sebuah perantara. Perantara yang bisa nyampein maksud si Ikhwan dan si Akhwat. Beres dah. Segampang itu kah? Hhehehe...
Banyak sekali aku jumpai ikhwan-akhwat di lingkunganku yang mereka memiliki kedekatan khusus namun tak ada hubungan. Ikhwannya tau si akhwat ada feeling, dan si akhwat pun sebaliknya, saling tau. Mereka pun terjaga dengan aturan agama yang ga boleh nunjukin perasaan, yang ga boleh berdekatan, yang ga boleh ngobrol duaan, dan lain-lain sebelum halal. Sehingga mereka hanya bisa mengungkapkan dengan perilaku, ucapan, dan sesekali dengan tatapan mata. Lalu sesekali mereka ngobrol maka yang terucap adalah kalimat yang menjurus ke arah pernikahan (karena mau kapan lagi ada kesempatan ngobrol berdua kalau ga sekarang, hehe), akhirnya ada kesepakatan yang tak disepakati secara langsung, nikah tahun 201x... sambil berjalannya waktu, tentunya banyak yang terjadi, banyak yang dialami, mulai dari perasaan yang semakin dalam sampai perasaan yang tiba-tiba jauh, galau deh dua-duanya. Belum lagi kalau ada peperangan batin, seandainya si ikhwan bareng sama akhwat lain, maka si akhwatnya ngerasa cemburu, dan sebaliknya, wajar sih kalau kata “orang”. Padahal satu sama lain tau, “dia kan bukan milikku, kenapa aku harus cemburu?” nah disitulah terjadi peperangan batin antar dirinya dengan dirinya juga, hehe.. sampai akhirnya mutusin, nikah aja deh,, hhahaha J mending kaya gitu, kalau yang ada malah udahan deh, “dia ternyata kaya gitu”, nah lhoe...jadi gimana?? Itulah yang dialami olehku saat aku masih SMA, yang artinya sedang dalam masa pencarian. Orang yang udah mikirnya ke pernikahan, pasti dia ga akan memutuskan seperti itu, “Itung-itung latihan jika aku menjadi istrinya, pasti masalah seperti ini biasa nampak di permukaan datarnya hubungan pernikahan kami”, Asssiiiikkk....  ga ngeberat-beratin otak, bikin hati tenang, bikin senyum terus mengembang, dan waktu-waktu bisa dijalani dengan enjoy.
Sebenarnya yang dibutuhkan akhwat itu hanya satu, buktikan keseriusanmu. Ehm, kurang lebih seperti itulah..karena kebanyakan akhwat selalu dibingungkan dengan pilihan, memilih dia atau dia ya...kalau yang udah punya pilihan mah gampang, tak perlu mikir milih siapa, mungkin hanya kebingungan “kalau ternyata ga jadi sama dia, aku sama siapa ya?” yang ada ujung-ujungnya pasrah sama pilihan MR, kasian kan... (menurutku, heu)...
Sejak masa SMP aku udah punya planning, ntar kalau nikah aku ga mau dinikahkan sama orang yang baru aku kenal, aku pengen sama orang yang udah ngenal aku luar-dalem biar dia ga ngarepin aku yang lebih, takutnya kalo dia ngarepin aku lebih, eh ternyata akunya ga kaya gitu, dia kecewa, susah juga kan.. itu sih yang ada di pikiran aku sejak saat itu.
Galau juga kalau ngomongin urusan pernikahan, soalnya setiap orang pasti punya pendapatnya masing-masing, tentunya pendapat yang sesuai dengan skenario yang telah ia jalani.


Semoga Allah memberikan cahaya terang untuk para insan yang sedang dalam kegalauan, semoga Allah menunjukkan arah jalan yang pas untuk para insan yang sedang dalam kebingungan, semoga Allah segera memberikan jawaban atas kegalauan dan kebingungannya. Aamiin.
Ungkapan di atas sangat subyektif dan itu penilaianku, semoga jika ada yang memiliki kenan lain, you can disscuss with me via facebook Richa ‘Risa’ Kirei , twitter @Risa_is ..

salam ~Nice Muslimah

 
Muslimah Negarawan © 2011 | Designed by RumahDijual, in collaboration with Online Casino, Uncharted 3 and MW3 Forum