Rabu itu,, sepulang dari coaching dengan 2 saudariku yang lain. . pulang diliputi kegalauan, kegalauan yang akan membawaku kepada langkah-langkah nyata, aamiin.. kini aku pulang dari jalan Tubagus sendirian tanpa ditemani seorang sahabat cantik. Yang biasanya aku selalu tertidur di pojok angkot, kali ini mata terus terbelalak sampai aku turun di depan gang Panorama Setiabudhi. Pikiran melayang memikirkan ini dan itu, berkelana kesana dan kemari, berlari-lari menerawang ujung dunia, hhm..mungkin aku memang harus mencari seorang + alias “perantara”.. Hhsssttt... cerita di lain waktu aja,, hhe.
Setelah kaki ku langkahkan keluar angkot, kaki pun ikut galau mau ke Gerlong (cari buat makan malam) atau langsung melangkah ke kosan, dengan keadaan yang ga normal (kataku) kaki ini cuman bolak balik ngehadap ke jalan-berbalik-ke jalan-berbalik lagi,, bingung... trus aku liat 2 mutiara kecil di sebelahku,
“sedang bawa apa de?” tanyaku setengah sadar kala itu.
“botol teh” ucap mulut yang suci itu.
“kaya gitu dijual per kilogramnya berapaeun (masuk deh basa sundanya, hhe)?”
“seribu teh” ucap mutiara kecil yang sedang mau nyebrang itu.
“Hah, serius...? cuman seribu?” ucapku dengan mata terbelalak dan mengembalikan nyawaku yang entah sudah menerawang kemana.. “Ikut teteh yuuu... teteh di kosan ada banyak botol”.. ucapku dengan semangat.
“sedang bawa apa de?” tanyaku setengah sadar kala itu.
“botol teh” ucap mulut yang suci itu.
“kaya gitu dijual per kilogramnya berapaeun (masuk deh basa sundanya, hhe)?”
“seribu teh” ucap mutiara kecil yang sedang mau nyebrang itu.
“Hah, serius...? cuman seribu?” ucapku dengan mata terbelalak dan mengembalikan nyawaku yang entah sudah menerawang kemana.. “Ikut teteh yuuu... teteh di kosan ada banyak botol”.. ucapku dengan semangat.
Mengangguk...
Lalu berjalanlah aku ditemani 2 mutiara kecil itu menelusuri jalanan Panorama menuju kosanku,
“Masih sekolah de?” tanyaku sambil merangkul bahu salah satu mutiara kecil itu, sedang mutiara kecil yang satunya berjalan di belakang kami.
“masih teh..”
“kelas berapa?”
“kelas 4 SD”
“Oiya, kalian saudara?”
“iya, dia adik saya” ucap mutiara kecil itu sambil menunjuk ke arah belakang.
“Eh, nama kalian siapa?” tanyaku sambil merangkul mutiara kecil yang dibelakang.
“nama saya Anjas, dan adik saya namanya Rizki kelas 2 SD teh..”
“Oooo....” – “Kalian kurulilingan (baca : kelilingan ‘basa sunda’) nyari botol kaya gini sampai jam berapa?”
“sampai jam 1 teh, kadang sampai jam 2 juga”
bukan gambar sebenarnya
Sesampai di kosanku, aku yang seorang kolektor botol (sebut saja begitu, karena sebelum aku beli galon aku beli minuman mineral botol yang 1500 liter dan botolnya selalu aku kumpulkan), aku memiliki 2 kresek gedhe dan isinya botol semua. Lalu aku bawa botol-botol itu keluar dan aku serahkan kepada mereka yang menungguku di teras kosan. Lalu sebagai gantinya, aku minta mereka menemaniku untuk beberapa menit, jam malah.. 2 jam kalo ga salah. Mereka pun menurut begitu saja (aneh ya, ko mereka ga takut aku bohongi, misalkan ketika mereka menunggu di depan kosan, dan aku ga keluar lagi, hehehe subhanallah yaa, pastinya Allah yang menggerakkan hati mereka untuk mempercayai orang yang baru mereka kenal).
Lalu aku pun meminta mereka menunggu ku di teras depan kosan, dan aku pun pergi meninggalkan mereka untuk pesan nasi goreng (maklum uda laper banget sejak pulang dari coaching, hehe). Ketika aku kembali, mereka masih duduk manis menungguku. Lalu aku ajak mereka ngobrol, mulai dari keluarga mereka, ibu mereka, adik, ayah dan pekerjaan orang tua mereka. Aku menanyai mereka tentang Allah, awalnya mereka menggeleng tidak tau siapa itu Allah, dan aku perlahan memberikan gambaran kepada mereka tentang Allah.
Aku sedikit menjelaskan sih, aku hanya melempar pertanyaan yang akhirnya mereka menjawab sendiri atas pertanyaan yang mereka ajukan.
“Adik-adik tau ga? Yang menciptakan kita itu siapa?”
Mereka menjawab “Allah..”
“Kalau Kucing?” – “Allah” – “Pohon?” – “Allah” – “Kalo rumah?” – “Bapak....” hehehehe.... pertanyaan pertama aku tutup dengan tertawa, (Ooops, mereka tidak ikut tertawa karena jawaban “bapak” menurut mereka adalah jawaban yang benar, tapi aku ngakak geli.. iya jawaban mereka memang benar, hanya saja ekspresi polos mereka masih membuatku tersenyum sendiri ketika mengingatnya, hihihiiiii)
Lalu aku mulai menanyai mereka tentang Sholat,
“Hayooo,, kalian suka sholat ga?” tanyaku dengan melempar senyum ke mereka. Saat mendengar pertanyaanku, sang kakak (Anjas) hanya bisa diam saja, sedangkan adiknya (Rizki) dengan polos menjawab “Tidak...”, lalu aku pun tersenyum kepada mereka.
“Bisa sholat tidak?”, dan mereka menjawabku dengan gelengan kepala.
“Papa ga pernah sholat teh” ucap Anjas padaku.
Sambil tak mengurangi senyum, aku pun memutar balik otak mencari jawaban yang pas. Lalu aku mencari metafora (perbandingan yang logis) supaya mereka menangkap apa yang aku maksudkan.
“Hhm... kan tadi yang menciptakan kita Allah ya... hewan, tumbuhan dan semuanya... coba Anjas dan Rizki menarik nafas dan menghembuskannya”, mereka pun mengikuti ucapanku sambil menarik dan menghembuskan nafas. “Nafas itu siapa yang ngasih?” tanyaku...
“Allah” jawab mereka. “Trus coba kalian tepuk tangan”, dan mereka pun bertepuk tangan. “Kalian bisa bergerak itu siapa yang ngasih?” – “Allah”, jawab mereka – “Nah, Allah itu baik banget kan?” hehehe... dan mereka pun mengangguk. “Mau ga kalian melakukan yang Allah suka?” tanyaku pada mereka, dan untuk kesekian kalinya mereka mengangguk.
“Allah itu suka orang yang sholat lho, mau ga teteh ajarin sholat?” dan dengan wajah antusias mereka mengangguk dan berucap “Mau teh..”...
Terus aku melihat sandal mereka yang warnanya sudah melebur dengan warna tanah liat, aku pun langsung bertanya kepada mereka, “Hayooo.. kalian sehari mandi berapa kali? Allah suka orang yang mandi dan bersih lho..” dan mereka pun saling menatap. “3 kali teh” ucap si kecil Rizki, “Wah beneran?” hehe, setengah ga percaya, orang aku aja mandi sehari 2 kali, kadang malah cuman 1 kali, kwkwkk... *kebongkar deh, heu.
Lalu aku tanya ke mereka “Hayo, sandalnya ga pernah dicuci ya?” hehehe... ucapku sambil sedikit meledek dan becanda.. “Hehehe, iya teh” ucap Anjas, “Yang aku dicuci ko” ucap si kecil Rizki...
Dan aku pun teringat nasi goreng yang aku pesan, lalu aku pun mendatangi si bapak Nasi Goreng “ko lama” pikirku.. trus si bapak pun membantuku membawa 2 piring dan aku membawa 1 piring.
“Nih, adik-adik... dimakan ya” ucapku sambil melahap nasi goreng yang sudah di hadapanku. Senang rasanya malam itu, sejenak aku lupakan gemuruh hatiku dan aku nikmati saat-saat bersama 2 mutiara kecil itu. Kami makan bersama di teras depan kosan.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiw-IOEqTD3PSJEwtasPm9wYKHmM_IZICXpDXoI9th1Pv-h5IGGuEUK0KoUk3pwk7Chpuv9N-936brnvc6lx7RLE_wVzlw7DLmJBYwb6OymKynCQICugJ_B-FOLm7O1cxkEZ9jYl_x-I8M/s400/resep-masakan-nasi-goreng-spesial-sosis-kacang-polong.jpg)
“Udah sembuh ki?” tanyaku – “belum teh” jawabnya – Waduh, gmana ini ya, hehe.. ga manjur...
“Teh, udah.. wareg” (baca : kenyang ‘basa sunda’), “Ooh, yasudah ga dihabiskan gapapa”.. ucapku ragu, waduh mubadzir donk.. tapi kalo dihabiskan bisi aku malah nyakitin mereka dengan sakit giginya, hhm....
“Hayoooo, kalian ga pernah sikat gigi ya?” tanyaku sambil senyum – “Engga teh” jawab Rizki dan Anjas. “Oke, sebentar yaa...” aku pu meninggalkan mereka ke kamar lagi, berharap ada yang bisa aku berikan pada mereka, dan untungnya ada 1 pasta gigi dari madu yang pernah dibawain sama bunda tersayang, trus sikatnya? Hhm..beli deh. Nah, pas aku liat uang di dompet aku, kebetulan banget tinggal 24ooo dan itu cukup untuk membayar nasi goreng, hahahahaa... galau deh, mana anak-anak kosan pada ga ada (tadinya niatnya mau minjem uang mereka dulu, hho), trus aku ke bawah aja.. “De, tadinya teteh mau ngasih sikat dan pasta gigi, tapi adanya pasta gigi doank, kalo kalian nanti di rumah beli sikat gigi gimana? Tanyaku – “Ga punya uang teh” – “Waduh, galau juga”.. lalu untuk terus menyambung silaturahim, aku bilang ke mereka “yasudah, semoga nanti kita ketemu lagi ya, toh teteh udah tau alamat rumah kalian, nanti kalau teteh ada kesempatan atau kita ketemu lagi, teteh beliin sikat dan pasta gigi, Allah suka orang yang sikat gigi lho” ucapku, dan mereka tersenyum dan bilang “iya”.
Lalu mereka pun beranjak pergi sambil aku mengembalikan piring nasi goreng, “Udah ya, salam ke keluarga kalian” ucapku. Si Anjas uda berlalu, dan si kecil Rizki mendekat padaku dan bilang “Salim teh..”. Wowww... deggggg... aku pun langsung mengerutkan kening dan menarik ujung bibirku, pengen nangis tapi malu, heu... dan karena kedua tanganku membawa 3 piring, akhirnya aku hanya memberikan satu jari kelingkingku untuk dia cium. Ya Allah, maafkan aku. Sungguh aku ingin tangan ini banyak dicium oleh anak-anak seperti mereka, sebuah ketenangan tersendiri yang aku rasakan ketika aku bisa bersentuhan tangan dengan mutiara-mutiara seperti mereka. Dan kulihat mereka berlalu.
Pelajaran apa yang bisa aku ambil??? Banyakkkk....
Sebuah rasa syukur tersendiri bagiku, aku yang sering sms mama supaya cepat dikirim bla bla bla, kalau engga kadang ngambek. Cemen banget sih aku ini. Coba lihat 2 mutiara yang barusan berlempar cerita denganku, mereka rela disuruh orang tua mereka untuk mencari botol, dan kembali ke rumah sekitar jam 1 atau 2 dini hari, mereka tiada keluh kesah sedikitpun.
Oiya, karena aku Muslimah Pemimpi, aku pun menanyai mimpi mereka. Luar Biasa, si Anjas pengen jadi Masinis kereta api dan adiknya Rizki pengen jadi pilot. Dan di akhir pertemuan bersama mereka, aku pun mengucapkan “Anjas, suatu saat teteh pengen lihat dan kenal seorang masinis hebat bernama Anjas. Dan Rizki, suatu saat ketika teteh punya pesawat atau helikopter, teteh pengen Rizki yang jadi pilotnya”, dan senyuman serta tatapan penuh semangat dan harapan mereka lemparkan ke hatiku, dan hatiku pun penuh dengan gemuruh harapan suatu saat mereka bisa mendapatkan apa yang mereka inginkan.
Hikmah kedua, aku jadi berfikir bahwa mimpi besarku adalah Berbisnis.. Why? You know Why??
Pertama,
karena aku ingin melihat anak-anakku kelak segala kebutuhannya terpenuhi olehku dan suamiku, tanpa mereka harus membuka tangannya untuk menengadah, dan aku ingin mengajari mereka berbisnis sejak kecil, aku libatkan mereka di setiap aku berbisnis sehingga mereka tau sberapa menantangnya mencari penghasilan itu. Nah lhoe, jadi maunya gimana? Hehe. Mau anaknya kerja atau engga, tentunya kerja ga kudu dengan melukai tangan mulus mereka donk, iya kan? Hhm.. sudah aku siapkan maping untuk pendidikan anakku nanti, santaiii... hhehehe.
Trus kedua,
supaya aku bisa membuka lapangan pekerjaan untuk mereka yang memang tidak memiliki pekerjaan. Dan akan aku utamakan untuk orang-orang yang memang membutuhkan dan tidak ada yang bisa dilakukan selain di tempat kerjaku. Lalu bagaimana kalau mereka melakukan kesalahan dalam melakukan pekerjaannya? Tenang, sebelum mereka diterjunkan di Rumah Makan (Ooops, keceplosan, hehe) mereka harus ditraining dulu.
Banyakkk banget yang ingin aku lakukan Suatu Saat Nanti.. dan akan aku cicil langkah kecil sejak sekarang. ;)
Salam ~Nice Muslimah
nice share..beberapa kali merinding.. :)
bersyukur,memang hal yang sering manusia lupakan..
tapi justru blajar syukur itu kebanyakan dari orang lain ya?hehe
kapan2 sharing cerita yuk! ;)