Mencairkan Amal 1

Sabtu, 15 September 2012


Percayakah kalian semua bahwa amal itu bisa dicairkan? Tidak hanya es batu atau hati loh yang 
bisa mencair, amal juga bisa mencair. Suerrr....

Allah dalam surat Al-Zalzalah ayat 7 sudah menyebutkan bahwa kebaikan hamba-Nya meski sekecil dzarrah pun akan dibalas oleh-Nya, dan taukah kalian dzarrah itu sekecil apa? Atom yang dibilang orang adalah sesuatu yang sangat kecil, maka dzarrah lebih kecil daripada atom. Itulah janji-Nya. Hanya saja Ia menyembunyikan kapan waktunya, bisa Ia balas semasa kita masih di dunia, ataupun ketika nanti kita sudah di akhirat. Tiada perlindungan yang Maha Luas selain perlindungan-Nya. Dan amal kita itulah yang akan menolong kita.


Ada sebuah kisah yaitu dari salah satu sahabat penulis, sebut saja namanya Rizal dan Nisa (*bukan nama sebenarnya*). Semasa masih single alias bujangan alias belum menikah, mereka adalah orang yang sangat baik, selalu ikhlas dengan apa yang mereka kerjakan. Rizal seorang guru ngaji di sebuah komplek, dia mengajari ngaji seorang anak dengan tanpa pamrih dan imbalan, dia melakukannya dengan sukarela dan yakin bahwa apa yang telah dia lakukan akan dibayar sama Allah, dan BAYARAN Allah itu jauh lebih besar daripada bayaran yang bisa diberikan oleh manusia.

Nisa, adalah seorang akhwat luar biasa lincah dengan selalu mengukir senyum indah di wajahnya. Tak pernah sedikit pun aku lihat raut wajahnya merah padam atau sendu. Dia seorang pebisnis, akhwat tangguh yang bisa membiayai sekolahnya dari hasil bisnisnya sendiri. Dia rela telat masuk kuliah selama 2 tahun demi menabung untuk biaya sekolahnya. Orangtuanya yang selalu mensupportnya, doa-doanya yang selalu meyakinkan hatinya, tiada hal lain lagi yang ia butuhkan saat itu.

Sampai tiba saatnya, Nisa sudah merasa dewasa, ia sudah memiliki penghasilan sendiri, ia sudah bisa mengelola-mengatur emosi, ia yang sudah bisa berfikir tenang dan dewasa, pun Rizal yang sudah memiliki mental dewasa, sudah memiliki penghasilan meski tak seberapa. Mereka dipertemukan oleh MR ‘Murabbi’ masing-masing di suatu tempat dengan tujuan pertemuan yang jelas, yaitu men”taaruf”kan keduanya.

Setelah berbincang-bincang sekian lama, akhirnya muncullah sebuah keputusan bahwa “jawaban” atas “taaruf”an itu akan disampaikan 3minggu setelahnya (bukan waktu yang sebenarnya).

3 minggu berlalu, muncullah sebuah jawaban pada keduanya bahwa mereka siap untuk mempertemukan kedua pihak keluarga dan melakukan khitbah atasnya. Pertemuan dua keluarga telah dilakukan, tanggal pernikahan telah ditentukan, dan kini saatnya keduanya terus tawakkal dan ikhtiar untuk persiapan pernikahan mereka.

Di dalam perjalanan menuju pelaminan itu, banyak sekali halang rintang yang mereka hadapi, mulai dari pertentangan kedua pihak orangtua yang berfikiran bahwa usia mereka masih sangat muda untuk menikah, lalu biaya menikah dan lain sebagainya.

Dan tepat pada saat muncul berbagai macam ujian itulah mereka memohon pada Allah untuk menunaikan janji-janji-Nya yaitu “mencairkan amal”, mereka memohon kepada Allah untuk dimudahkan segala urusannya dari yang terkecil hingga yang paling besar.

Lalu apakah yang terjadi? Saat Rizal mengajar ngaji di tempat ia mengajar itu, ia ditanya oleh orang tua sang anak yang dia ajarin mengaji, “Saya dengar Kamu mau menikah ya?” --- “Iya Bu”, jawab Rizal. “Bagaimana sekarang persiapannya?” --- “Masih mencari tempat rias pengantin yang murah Bu”... Lalu tanpa diduga ibu itu pun berkata, “Kebetulan saya punya salon yang bisa merias pengantin, izinkan saya untuk membantumu, anggap saja ini bayaran untuk jasamu mengajar anak saya”.. deggg,, rasanya seperti disambar geledek.. “Maha Besar Allah”.

Lalu sang akhwat tidak sengaja bertemu dengan salah satu orang penting di partai politik yang ada di Jawa Barat, “Neng, katanya mau menikah ya?” --- “Muhun Pak” (‘muhun’ artinya ‘Iya’ dalam bahasa Sunda alus) --- “Ini Bapak ada tiket menginap di Hotel Tiara (bukan nama yang sebenarnya), gunakan untuk bulan madu kalian” --- “Wahh, subhanallah.. terima kasih Pak”.. Luar Biasa bukan...


Intinya adalah, Janganlah segera menjudge Allah dengan berbagai prasangka buruk kita. Mungkin Allah tidak mengabulkan doa kita pada saat ini karena memang saat ini kita belum membutuhkan cairan amal itu, siapa tau suatu saat ketika perjuangan hidup kita berada di ujung tanduk, maka Allah segera mencairkannya untuk menyelamatkan kita.

Contoh di atas adalah contoh kisah yang dialami sahabat penulis, itu adalah kisah yang sebenarnya dengan sedikit modifikasi namun tidak mengurangi esensi.


Pesan moralnya, lakukan perbuatan baik sekecil apa yang bisa kamu lakukan, siapa tau perbuatan baik yang kecil itu dinilai besar di mata Allah sehingga itu yang akan menyelamatkanmu dari siksa api neraka, Sungguh Allah Maha Mengetahui dan kita tidak tau.

By : Nice Muslimah

0 komentar:

Posting Komentar

 
Muslimah Negarawan © 2011 | Designed by RumahDijual, in collaboration with Online Casino, Uncharted 3 and MW3 Forum