• Muslimah Sholehah

    Jika wanita cantik itu ibarat bintang-bintang langit, wanita yang tahajud di sepertiga malam tentulah yang paling bersinar di gemerlapan

  • Tsukuba University

    in Tokyo.

  • Rumah Pelangi

    Kita berwarna dan dengan keimanan kita ingin mewarnai lingkaran sekitar

  • Temilnas FoSSEI 2012

    Temu Ilmiah Nasional FoSSEI di UIN Suska Riau Maret 2012. foto: di depan Aula kampus UIN Suska

  • Temilnas FoSSEI 2012

    Temu Ilmiah Nasional FoSSEI di UIN Suska Riau Maret 2012. foto: di Kerajaan Siak Riau

Untukmu yang Terjaga

Sabtu, 29 September 2012 0 komentar

Tiba2 aku pun ingin bercerita tentang sebuah “Keluarga Ideal” ...

Ada sebuah puisi untuk seseorang di luar sana yang insyaAllah akan Allah gerakkan hatinya untuk memilihku *Someday.

Bersama ku rengkuh dinginnya pagi ini,
Bersama pula kuhadirkan keimanan di dalam hati untuk menyampaikan rasa syukur kepada Ilahi
Mata yang masih bisa terbuka,
Mulut yang masih bisa membaca surat cintaNya,
Tangan yang masih bisa diayunkan untuk membuka lembaran cinta,
Telinga yang masih bisa mendengar lantunan ayat-ayat cintaNya,
Sungguh semuanya adalah bukti kasihNya kepada kita.

Di dalam sepi dan rindunya hati kepada sosok yang dirahasiakan,
Allah sungguh indah mendesain kehidupan,
Tak seorang pun yang tau siapa pemuda itu, pun aku.
Seorang pemuda dengan imannya datang menghampiri,
Menyatakan niat baik untuk mengikatkan untaian tali yang suci, suatu saat nanti ...

Pemuda, jika kau mengharapkan wanita yang mulia,
Maka jagalah dirimu untuknya,
Jangan kau tebarkan perhatian kepada seluruh kaum sepertiku,
Kaum yang lemah hatinya, pun kaum yang paling renta..

Aku sebagai seorang wanita,
Tak akan rela jika melihat calon pemimpinku menebarkan perhatian dan kasih sayangnya kepada setiap insan wanita..
Sebagaimana aku menjaga, aku pun ingin peroleh insan yang terjaga pula..

Hari itu,
Dimana aku akan mengenakan gaun berwarna putih,
Aku ingin saat itu pula hatiku masih terjaga dengan bersih..
Menyambut kedatanganmu dengan senyuman indah,, dan istana hati yang megah ..

Pemuda, bekali dirimu dengan ilmu,
Ilmu kemana kau akan membawaku bersamamu,
Bersama menapaki jalanan cintaNya..

Kuingin bersamamu membuka madrasah ilmu,
Madrasah ilmu untuk generasi pejuang masa depan,
Seorang anak laki-laki yang memiliki keteguhan hati,
Dan seorang anak perempuan yang memiliki wajah dan hati yang rupawan..

Kan kita bangun istana di dunia dengan cahaya rindu kepadaNya,
Kan kita amankan rumah di surga dengan rantai wahyuNya,
Bersama kita jauhi neraka,
Dan kita berjalan menapaki surga bersama dengan anak-anak tercinta..

Aamiin yaa Robbal’alamiin ...

By : Annisa El Fath ‘Nice Muslimah’

Kekasih Rasul : Umar bin Khattab

0 komentar


Khalifah Umar Bin Khatab : Pemimpin Yang Penuh Tanggung Jawab*)
(untuk diteladani)
Sumber bacaan utama : Download Internet "penjaga kebun hikmah, 12 Pebruari 2006 dan 08 September 2006"

Pendahuluan
Khalifah Umar pernah didatangi putranya saat dia berada di tempat kerjanya kemudian bercerita tentang keluarga dan masalah yang terjadi di rumah. Seketika itu Umar mematikan lampu ruangan dan si anak bertanya, sebab apa ayah mematikan lampu sehingga hanya berbicara dalam ruangan yang gelap, dengan sederhana sang ayah menjawab bahwa lampu yang kita gunakan ini adalah amanah dari rakyat yang hanya dipergunakan untuk kepentingan pemerintahan bukan urusan keluarga.

Umar Bin Khatab adalah khalifah ke-dua sesudah Abu Bakar, termasuk salah seorang yang sangat dikasihi oleh Nabi Muhammad Saw semasa hidupnya. Sebelum memeluk Islam, merupakan musuh yang paling ditakuti oleh kaum muslimin. Namun semenjak ia bersyahadat dihadapan Rasul (± tahun keenam sesudah Muhammad Saw diangkat sebagai Nabi Allah), ia menjadi salah satu benteng Islam yang mampu menyurutkan perlawanan kaum Quraish terhadap diri Nabi dan sahabat-nya. Pada jaman kekhalifahannya, Islam berkembang luas dari Timur hingga ke Barat, kerajaan Persia dan Romawi Timur ditaklukkan dalam waktu hanya satu tahun.

Beliau meninggal dalam umur 64 tahun karena dibunuh, dikuburkan berdekatan dengan Abu Bakar dan Rasulullah dibekas rumah Aisyah yang sekarang terletak didalam masjid Nabawi di Madinah AI Munawarah Beliau adalah salah satu dari Sahabat Rasulullah Saw. Yang Ahli Surga, hal ini sebagaimana dalam bukunya Bey Arifin, Samudera Al-Fatihah yang diterbitkan pada tahun 1965, mengenai 10 orang sahabat terdekat Rasul sekaligus yang dijamin masuk surga (Asratul Kiraam). Serta dapat disimak Al-Qur'an (Surat At-T aubah ayat ke-100) ± maknanya : "Dan orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridho kepada mereka dengan mereka dan mereka ridho kepada Allah. Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalprnnya selama-Iamanya. Itulah kemenangan yang agung".

Sebutan "Al Faruq", atau Sang Pembeda, adalah gelar yang diberikan Rasulullah Nabi Muhammad Saw untuk Umar bin Khattab. Konon, Umar dikaruniai tubuh yang tinggi dan besar, bahkan untuk ukuran orang Arab sekalipun. Kalau ditengah-tengah keramaian, maka sangat gampang mencari Umar karena pundak sampai kepalanya tersembul di antara orang-orang sekitarnya. Tidak hanya itu, Umar memiliki tenaga yang kuat yang menurut riwayat sama dengan kekuatan 20 orang dewasa saat itu. Umar adalah langganan juara gulat di semacam pasar malam yang ada dan merupakan tradisi di Mekkah saat itu. Khattab mendidik Umar dengan keras, tegas, dan disiplin. Pada masa itu hanya sedikit sekali yang bisa tulis-baca, dan Umar adalah salah satu dari yang sedikit itu. Umar mengetahui banyak sejarah Arab dan juga ilmu binatang. Umar pandai berbicara di depan orang banyak, dia dikaruniai suara yang berat dan berwibawa. Ini menggambarkan bahwa Umar adalah anak Quraish yang cerdas.

Saat awal-awal Rasulullah mulai menyebarkan Islam, Umar adalah penghalang yang paling dahsyat. Kaum muslimin saat itu menderita karenanya, di sisi lain kaum Quraish merasa sangat terbantu oleh kehadiran Umar. Oleh karena itulah, Rasulullah memilih untuk berdakwah dan beribadah diam-diam menghindari kezaliman Umar bin Khattab dan kaum kafir Quraish lainnya. Namun, Rasulullah atas petunjuk Allah mengetahui Umar lebih daripada yang lain. Rasulullah menyadari keistimewaan Umar, sebagaimana dia juga menyadari kelebihan "Amir bin Hisyam (Abu Jahal)" yang merupakan pemimpin kaum Quraish di Mekkah saat itu. Oleh sebab itu, Rasul pernah bermohon kepada Allah agar Dia sudi menolong perjuangan Islam dengan salah seorang yang lebih disukaiNya, antara dua "ain mim ra", yaitu Umar atau Amir. Doa Rasul akhirnya dijawab Allah. Begini ceritanya. Setelah Islam datang ke Umar dengan tidak secara langsung, melainkan lewat kerabat-kerabat dekatnya yang satu per satu "jatuh" ke agama Islam yang diridhoi Allah SWT (baca : di bawah).

Suatu ketika. Umar melihat Rasulullah sedang di dekal Ka'bah dan membaca beberapa ayat dari AI Quran. Umar mencuri-curi dengar dan dia pikir ayat-ayat yang dibacakan Rasullullah adalah puisi karya pujangga hebat Rasullullah mengulang-ulang ayal-ayat itu dan mengatakan bahwa ayat-ayat ini bukanlah puisi karya pujangga, melainkan perkataan Allah yang disampaikan melalui Malaikal Jibril. Umar terpana, dalam hatinya terbersit pemikiran mungkin saja apa yang disampaikan Muhammad Saw itu adalah benar. Umar mengabaikan perasaan itu dan memilih untuk konsultasi dengan para pemimpin Quraish. Diadakan rapat mendadak yang dihadiri oleh tokoh-tokoh penting suku Quraish. Keputusannya adalah penyebaran agama Islam harus dihentikan dan Muhammad harus dibunuh. Dicari sukarelawan yang bersedia dan mampu untuk itu. Umarpun mengajukan diri.
Suatu hari yang sangat panas tahun 616 Masehi, Umar menyandang pedang siap membunuh Rasulullah.

Dalam perjalanannya menuju rumah Rasul, Umar bertemu dengan Nu'aim bin Abdullah, salah seorang teman akrab Umar. Nu'aim juga sudah menerima Islam saat itu, tapi Umar belum tahu. Nu'aim melihat wajah Umar yang tegang, diapun bertanya. Umar menjawab bahwa dia sedang menuju ke rumah Muhammad untuk membunuhnya. Nu'aimpun menjawab, ”Hati-hati. Kalau kamu sakiti Muhammad, maka kamu berurusan dengan keluarga Hashim. Kamu tanggung sendiri akibatnya!" Umar marah, ”Rupanya kamu juga sudah menjadi Muslim, ha !? Nu'aim menjawab, Umar, jangan pikirkan saya, tapi kamu pikir dulu adikmu dan adik iparmu dua-duanya sudah memeluk Islam, mungkin mereka sedang membaca Quran saat ini.' Umar kaget, diganti arah langkah kakinya yang semula ke rumah Muhammad Saw menjadi ke rumah Said bin Amir. Umar sangat sayang pada Fathima dan suaminya. Tidak pernah terpikir olehnya bahwa adik kandungnya memeluk Islam. Dia tidak mau mempercayai berita ini, tapi ada keraguan dalam hatinya bahwa berita itu bohong.

Sesampainya di rumah Said, Said dan Fatima sedang membaca Al-Quran yang ditulis di daun-daun korma. Umar yang sudah ada di luar mendengar sayup-sayup sebelum akhirnya diketoknya pintu. 'Siapa?' tanya Said, 'Bukakan pintu, ini Umar!' teriak orang yang di luar. Said dan Fathima kaget dan ketakutan. Sementara Said membukan pintu, Fathima menyembunyikan daun-daun bertuliskan ayat-ayat Al-Quran. Umar masuk menyingkirkan Said. Fathima menyongsong dan tersenyum. Wajah Umar merah karena marah, dia bertanya dengan suara menggelegar: 'APA YANG SEDANG KALIAN BACA!' 'Tidak ada; balas Fathima. 'Saya dengar berita bahwa kalian sudah memeluk Islam, katakan bahwa berita ini bohong!' 'Apa pendapatmu, wahai Umar, sekiranya kebenaran itu ada di pihak mereka?' balas Said. Umar langsung mencengkram leher Said dan mengangkatnya tinggi-tinggi. Fathima berkata, 'Lepaskan tanganmu dari suamiku. Jika kamu ingin mengatakan sesuatu, katakan pada saya, tapi jangan sentuh suamikul" Umar bertanya, 'Katakan, apakah benar kalian sudah menjadi muslim?' Fathima menjawab, "Ya, kami sudah menjadi muslim. Kamu bisa saja membunuh kami jika kamu suka, tapi kami tidak akan mengganti keimanan kami.' Umar tertegun, kalimat yang sama didengar saat dia mengancam Lubna budaknya, keteguhan yang sama dia dengar dari saudara perempuannya. Dilepaskannya Said. "Kalau begitu , perlihatkan daun-daun yang kamu sembunyikan itu kepada saya sehingga saya bisa melihat isinya; pinta Umar. 'Tidak, badanmu kotor, mandilah terlebih dahulu; ujar Fathima. Entah kenapa, Umarpun menuruti. Selesai mandi, diterimanya daun-daun bertuliskan ayat-ayat Quran itu dari Fathima. Dibacanya keras-keras,

'Taa Haa, Kami tidak menurunkan Al Quran ini kepadamu agar kamu menjadi susah; tetapi sebagai peringatan bagi orang yang takut (kepada Allah) yaitu diturunkan dari Allah yang menciptakan bumi dan langit yang tinggi (yaitu) Tuhan Yang Maha Pemurah yang bersemayam di atas Arsy. KepunyaaNyalah semua yang ada di langit dan di bumi, semua yang di antara keduanya dan semua yang di bawah tanah.
Dan jika kamu mengeraskan ucapanmu, maka sesungguhnya dia mengetahui rahasia dan yang lebih tersembunyi Dialah Allah, tidak ada Tuhan yang berhak disembah melainkan Dia (Dia mempunyai namanama yang baik (asm,aul husna)

Dibaca surat itu berkali-kali sampai dia jatuh tersungkur. Dia merasa ayat-ayat itu ditujukan khusus untuk dia, dengan Taa Haa merujuk kepada seorang kafir Umar. Umar tiba-tiba merasakan ketakutannya pada Allah, hatinya berbisik 'Wahai Umar, sampai kapan kamu akan tetap mengingkari jalan yang kamu sendiri mengetahui kebenarnnya. Apakah belum datang waktu bagimu untuk melihat kebenaran?' Umar bangkit dan berkata kepada Said dan Fathima, 'Saya tadi datang sebagai musuh Islam. Sekarang saya akan pergi sebagai sahabat Islam. Pedang ini tadinya untuk membunuh Muhammad, sekarang saya sarungkan. Tunjukkan kepada saya, di mana Muhammad sekarang berada.
Saya hendak menemuinya: "Allahu Akbar: tangis Said dan Fathima. Umar bergegas melangkahkan kakinya ke rumah Arqam, seorang sahabat yang rumahnya sering dipakai Rasul untuk berkumpul dengan muslim yang lain. Umar mengetok pintu. "Siapa?' tanya seseorang dari dalam. "Umar bin Khattab; jawabnya dengan lantang. Orang-orang yang berkumpul di dalam heboh. "Umar datang... Umar datang..., apa yang akan terjadi gerangan?" Seseorang mengintip keluar, dilihatnya Umar dengan pedang tersandang dipinggangnya. Dia pun enggan membuka pintu. Hamzah, paman Muhammad SAW, berkata, 'Bukakan pintu; jika dia datang dengan maksud baik, kita terima. Kalau dia ingin membuat huru-hara, saya percaya kita bisa mengalahkannya bersama-sama: Pintu dibuka, Umar masuk. "Hai Umar, apa perkara yang membawamu ke sini?' tanya Hamzah. Para muslim yang lain bersiap-siap mencbut pedang kalau Umar tiba-tiba membuat keonaran.
Mendengar keributan, Rasulullah keluar dari biliknya dan berkala, 'Jangan ganggu dia, biarkan dia maju: Umar maju menghampiri Rasulullah dan Rasulullahpun bertanya, "Wahai Umar. sampai kapan kamu akan tetap mengingkari jalan yang kamu sendiri mengetahui kebenarnnya. Apakah belum datang waktu bagimu untuk melihat kebenaran?' "Benarlah waktu sudah datang bagi saya untuk melihat kebenaran. Saya datang ke sini untuk mengikrarkan keimananku dalam Islam, jawab Umar. Rasulullah mengenggam tangannya, Umar berkata dengan suara yang bergetar "Saya bersaksi tiada Tuhan selain Allah, dan Muhammad adalah utusannya: Dan Umarpun menjadi orang keempat puluh yang masuk Islam. Kaum muslimin yang hadir dalam majelis saat itu heboh, Allahu Akbar bergema di setiap pojok ruangan. Satu per satu datang menghampiri Umar dan menyelamatinya. Kegembiraan tidak hanya dimiliki kaum muslim saja. Malaikat Jibril datang dan berkata pada Rasulullah, 'Oh Kekasih Allah, para penghuni sorga bergembira dengan kedatangan Umar dalam Islam dan mereka mengucapkan selamat kepadamu.
Sumber: penjaga kebun hikmah. Judul: Umar Sang Pembeda. Submitted by Buyung Sun, 2006-02-12 12:36.

Contoh-contoh kepemimpinan Umar bin Khatab
Khalifah Umar bin Khatab dikenal sebagai pemimpin yang sangat disayangi rakyatnya karena perhatian dan tanggungjawabnya yang sangat luar biasa pada rakyatnya. Salah satu kebiasaannya adalah melakukan pengawasan langsung dan sendirian berkeliling kota mengawasi kehidupan rakyatnya.

Beberapa kisahnya :
Suatu malam, Abdurrahman bin Auf dipanggil oleh Khalifah Umar diajak pergi ke pinggir kota Madinah. "Malam ini akan ada rombongan kafilah akan bermalam di pinggir kota" , kata Khalifah Umar kepada Abdurrahman bin Auf. "Lalu apa masalahnya?" tanya Abdurrahman. "Kafilah ini membawa barang dagangan yang banyak, maka kita sebaiknya ikut menjaga keselamatan barang dari gangguan tangantangan usi!. Jadi nanti mal am kita sarna-sarna harus mengawal mereka", sahut Khalifah. Abdurahman dengan senang hati membantu dan siap mengorbankan jiwa raganya menemani tugas khalifah yang ia cintai ini. Sedemikian sang khalifah menjalankan tugasnya, turun tangan langsung untuk memastikan rakyatnya tidur dan hidup dengan tenang. Bahkan malam itu khalifah Umar mendesak Abdurahman untuk tidur sambil siaga sementara ia sendiri tetap terjaga hingga pagi hari. Khalifah Umar bin Khattab memang dikenal sebagai pemimpin yang selalu melakukan perbuatan-perbuatan baik secara diam-diam. Orang yang ditolongnya sering tidak tahu bahwa penolongnya adalah khalifah yang sangat mereka cintai.

Pernah suatu malam, Auza'iy 'memergoki' Khalifah Umar masuk rumah seseorang. Ketika keesokan harinya Auza'iy datang ke rumah itu, ternyata penghuninya seorang janda tua yang buta dan sedang menderita sakit. Janda itu mengatakan, bahwa tiap malam ada orang yang datang ke rumah mengirim makanan dan obat-obatan. Tetapi janda tua itu tidak pernah tahu siapa orang tersebut. Padahal orang yang mengunjunginya tiap malam tersebut tidak lain adalah khalifah yang sangat ia kagumi selama ini.

Suatu malam lain, ketika Khalifah Umar berjalan-jalan di pinggir kota, tiba-tiba mendengar rintihan seorang wanita dari dalam sebuah kemah yang lusuh. Ternyata yang merintih itu seorang wanita yang akan melahirkan. Di sampingnya, duduk suaminya yang nampak bingung. Maka pulanglah sang Khalifah dan mengajak isterinya "Ummu Kalsum" untuk menolong wanita yang akan melahirkan anak itu. Tetapi wanita yang ditolongnya itu pun tidak tahu bahwa orang yang menolong dirinya adalah Khalifah Umar, Amirul Mukminin yang mereka kagumi.

Kisah lainnya, ketika Khalifah sedang "ronda" mendengar tangisan anak-anak dari sebuah rumah kumuh. Dari jendela ia mendengar, sang ibu sedang berusaha menenangkan anaknya. Rupanya anaknya menangis karena kelaparan, sementara sang ibu tidak memiliki apapun untuk dimasak malam itu. Sang ibupun berusaha menenangkan sang anak dengan berpura-pura merebus sesuatu yang tak lain adalah batu, agar anaknya tenang dan berharap anaknya tertidur karena kelelahan menunggu. Sambil merebus batu dan tanpa mengetahui kehadiran Khalifah Umar, sang ibupun bergumam mengenai betapa enaknya hidup khalifah negeri ini dibanding hidupnya yang serba susah. Khalifah Umar yang mendengar tidak dapat menahan tangisnya, iapun pergi saat itu juga meninggalkan rumah itu. Malam itu juga ia menuju ke gudang makanan yang ada di kota, dan mengambil sekarung bahan makanan untuk diberikan kepada keluarga yang sedang kelaparan itu. Bahkan ia sendiri yang memanggul karung makanan itu dan tidak mengizinkan seorang pegawainya yang menemaninya untuk membantunya. Ia sendiri pula yang memasak makanan itu, kemudian menemani keluarga itu makan, dan bahkan masih sempat pula menghibur sang anak hingga tertidur sebelum ia pamit untuk pulang. Keluarga itu tidak pernah tahu bahwa yang datang mempersiapkan makanan buat mereka mal am itu adalah khalifah Umar bin Khatab !
Masya Allah!!

"Bukan main" dan Bukan main-main !!
Tentu kita semua rindu adanya pemimpin-pemimpin di semua lini yang seperti di atas; seperti Umar yang FARUQ dan juga seperti Abu Bakar yang SIDDIQ.

Penutup
"Ya Allah, jadikanlah kebaikan sebagai akhir dari semua urusan kami, dan selamatkanlah kami dari kehinaan dunia dan siksa akhirat." "Ya Tuhan kami, terimalah permohonan kami, sesungguhnya Engkau Maha mendengar lagi maha mengetahui, wahai Dzat yang maha hidup, yang memiliki keagungan dan kemuliaan."

*) Bahan kultum di Masjid As Salam Pusdiklat Kehutanan (Priyambudi S.), Bogor-Nopember 2006.

Menikah untuk Muliakan Sunnah

Rabu, 19 September 2012 0 komentar

by Mohammad Fauzil Adhim on Wednesday, June 13, 2012 at 11:48am ·

Semoga Allah Ta’ala ampuni saya.

Baguskan niat dan perbaiki terus-menerus. Selama perjalanan menuju pernikahan, tidak ada bekal yang lebih penting untuk engkau persiapkan melebihi niat dan ‘ilmu. Keduanya saling berkait. Niat akan menentukan nilai dari pernikahan yang akan engkau jalani, bahkan dari pernikahan yang mungkin tidak sempat engkau jalani karena kematian datang lebih cepat daripada pernikahan. Tetapi niatmu yang lurus dan kesediaanmu untuk berbenah mempersiapkan diri menunaikan sunnah Nabi saw. berupa menikah, akan menentukan apa yang akan engkau dapatkan dari Tuhanmu, Allah ‘Azza wa Jalla yang tiada sekutu baginya. Dan tidaklah engkau dapat menata niat dan membaguskan tujuan dengan benar kecuali dengan memahami ilmunya. Ilmu juga sangat penting bagi keberlangsungan pernikahan. Sebaik apa pun niatmu dalam menikah, engkau memerlukan ilmu untuk memasukinya, menjalani dan merawatnya.

Maka, tidak ada yang lebih mendesak untuk aku pesankan kepadamu melebihi niat dan ‘ilmu. Semakin jauh mengarungi pernikahan serta semakin banyak belajar, semakin terasa pula betapa kurangnya bekal yang ada pada diri ini sebelum memasuki pernikahan. Tampaknya sepele, tapi niat amat sering terabaikan sehingga tidak tertata dengan baik. Sangat berbeda antara apa yang kita ucapkan dengan apa yang sungguh-sungguh mendasari dan menggerakkan kita untuk menikah.

Sesungguhnya, sebaik-baik perkataan adalah kalamuLlah, yakni Al-Qur’anul Karim. Dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Rasulullah Muhammad shallaLlahu ‘alaihi wa sallam. Tidalah Muhammad saw. berbicara kecuali dengan bimbingan dan pengawasan dari Allah ‘Azza wa Jalla. Sungguh, Muhammad saw. adalah manusia yang terjaga (ma’shum) sehingga tak akan bertentangan antara perintah dengan tindakannya. Tak ada perintah Allah Ta’ala yang datang kepadanya kecuali beliau shallaLlahu ‘alahi wa sallam laksanakan dengan penuh kesungguhan.

Jika engkau mengingini pernikahan yang penuh barakah, maka ikuti petunjuk manusia yang paling baik petunjuknya, yakni Muhammad Rasulullah shallaLlahu ‘alaihi wa sallam. Perhatikan apa yang mendatangkan barakah, apa pula yang menjadikan pernikahan sangat besar barakahnya. Mari kita ingat sabda Nabi saw., “Sebaik-baik mahar adalah yang paling mudah (ringan)." (HR. Al-Hakim).

Perhatikan olehmu: yang paling mudah maharnya. Maka sederhanakanlah olehmu mahar. Perhatikan juga sabda Nabi saw. yang menjadi penegas betapa sederhananya mahar merupakan salah satu bentuk keutamaan. Sabda Nabi saw., “Sebaik-baik pernikahan adalah yang paling mudah (maharnya).”(HR. Abu Dawud).

Hadis ini menunjukkan dengan sangat jelas kepada kita tentang keutamaan meringankan mahar. Maka janganlah engkau memberat-beratkan diri dengan perkataan sebagian orang yang berkata bahwa Nabi shallaLlahu ‘alaihi wa sallam memberikan mahar kepada isterinya dalam jumlah yang amat fantastis. Sebuah tulisan di majalah Islam yang membuat saya merasa sangat sedih bahkan dengan berani berkata bahwa Nabi saw. memberikan mahar senilai 3 milyar rupiah. Ini adalah perkataan yang dapat menyebabkan fitah syubhat dan sekaligus fitnah syahwat; dua sebab kerusakan agama yang amat serius akibatnya bagi iman.

Bersebab halusinasi bahwa Rasulullah shallaLlahu ‘alaihi wa sallam memberikan mahar hingga milyaran rupiah nilainya, seorang akhwat bahkan bersungut-sungut menolak bahwa Rasulullah shallaLlahu ‘alaihi wa sallam adalah penggembala. Padahal riwayat yang menunjukkan setiap nabi pernah menjadi penggembala adalah shahih. Mereka demikian terpukau dengan ucapan sebagian manusia yang mengatakan bahwa Rasulullah shallaLlahu ‘alaihi wa sallam sudah mulai menjalankan bisnis di usia 8 tahun. Padahal inilah usia ketika Muhammad shallaLlahu ‘alaihi wa sallam berpindah pengasuhan dari kakeknya, Abdul Muthalib, kepada pamannya: Abu Thalib.

Kembali ke soal nikah. Ingatlah nasehat Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu, “Janganlah kalian berlebih-lebihan dalam menetapkan mahar para wanita karena jika mahar itu dianggap sebagai pemuliaan di dunia atau tanda takwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala tentu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih dahulu daripada kalian untuk berbuat demikian.” (Riwayat Abu Dawud).

Ini merupakan riwayat yang shahih dan bertutur tentang apa yang seharusnya kita perhatikan saat menikah sekaligus menunjukkan bahwa Rasulullah saw. tidak pernah berlebihan dalam memberikan mahar. Syaikh Abdul Aziz Bin Abdullah bin Baaz rahimahullah berkata bahwa mahar yang diberikan oleh Rasulullah shallaLlahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah melebihi 500 dirham. Berapakah nilainya 500 dirham itu? Ukurlah nilainya saat itu di sana (catat: di sana!), lalu takarlah menurut ukuran sekarang di sana. Syaikh Abdul Aziz Bin Abdullah bin Baaz menunjukkan dalam Fatwa-Fatwa Terkini terbitan Pustaka Darul Haq bahwa 500 dirham setara dengan lebih kurang 130 riyal. Jika dirupiahkan, lebih kurang sama dengan Rp 325.000,-.

Nah.

Maka, apakah yang menghalangi kita untuk meringankan mahar jika ini menjadi jalan kebaikan? Bukankah kita menyimak dalam sejarah dan membaca dalam riwayat bagaimana Rasulullah shallaLlahu ‘alaihi wa sallam menyerukan kepada kaum muslimin untuk memudahkan mahar. Ketika seorang laki-laki tak sanggup memberikan mahar dalam bentuk harta berharga, Rasulullah shallaLlahu ‘alaihi wa sallambahkan bersabda, “Carilah sekalipun cincin yang terbuat dari besi" (HR. Bukhari).

Dan ketika cincin yang terbuat dari besi pun tak dapat ditemukan oleh lelaki itu, Rasulullah shallaLlahu ‘alaihi wa sallam menikahkan dengan mahar berupa bacaan beberapa ayat Al-Qur’an.

Semoga Allah Ta’ala limpahkan barakah kepadamu dan semoga Allah ‘Azza wa Jalla kumpulkan kebaikan engkau berdua dalam kebaikan, lalu menghimpunkan engkau bersama orangtua dan keturunanmu di sebaik-baik tempat, yakni surga, bersebab kesungguhanmu untuk melaksanakan sunnah dan keridhaanmu menjalani pernikahan yang amat sederhana. Semoga pula Allah Ta’ala ringankan jalan menuju pernikahan, dekatkan jodoh dan menyegerakan datangnya saat untuk menikah.

Lalu, apa yang harus engkau lakukan jika jodoh tak kunjung datang meski ikhtiyar tak putus-putus engkau lakukan? Bersabarlah dan kemudian bersabarlah dengan sungguh-sungguh. Apa yang Allah Ta’ala takdirkan bagimu akan terjadi, sebagaimana telah tetapnya kematian atas kita. Tidak penting kapan kita mati, yang paling penting adalah bagaimana kita mati. Atas perkara jodoh, penuhilah segala yang menjadi asbab terjadinya pernikahan yang barakah. Jika Allah Ta’ala telah tetapkan bagimu jodoh di dunia, maka kesungguhanmu dalam menetapi apa yang seharusnya engkau lakukan, semoga menjadi asbab Allah Ta’ala limpahkan kebarakahan hidup dan kebarakahan pernikahan bagimu. Adapun jika Allah ‘Azza wa Jalla telah tetapkan tidak adanya kesempatan bagimu untuk menikah, maka kesungguhanmu dalam bersiap tetaplah merupakan kebaikan yang mulia.

Baguskanlah dirimu. Perbaiki akhlakmu. Dan janganlah engkau berputus asa dari rahmat Tuhanmu. Semoga kesungguhanmu membaguskan diri menjadi asbab untuk diperjumpakannya engkau dengan orang yang amat tinggi kemuliaan agama dan akhlaknya. Ingatlah ketika Allah ‘Azza wa Jalla berfirman, “Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezeki yang mulia (surga).” (QS. An-Nuur, 24: 26).

Renungkanlah!


Melapangkan Hati Sesudah Menikah

Menata niat dan membekali diri dengan ilmu sebelum menikah benar-benar perkara yang sangat penting. Tapi bukan berarti pernikahan menjadi akhir dari keharusan untuk senantiasa berbenah dan menjaga niat. Menata hati tak mengenal kata putus, sebab pada segumpal darah inilah baik dan buruknya diri kita ditentukan. Jika hari ini kita mampu zuhud dan qana’ah, bulan depan belum tentu jika kita tidak gigih menjaga hati. Terlebih ketika berduyun-duyun manusia menyeru kita untuk kaya dan meletakkan kemuliaan pada banyaknya harta. Di antara mereka ada yang merangkai dengan kisah-kisah yang seakan sunnah untuk menguatkan seruannya.

Letak masalahnya bukan pada kekayaan, tetapi pada orientasi kita. Jika kita telah mengalami perubahan orientasi dari akhirat kepada dunia, maka terjadi pula perubahan dalam berbagai aspek kehidupan kita, termasuk bagaimana kita memandang manusia maupun penampilan. Dari sini, banyak hal bisa terjadi.

Mencairkan Amal 1

Sabtu, 15 September 2012 0 komentar


Percayakah kalian semua bahwa amal itu bisa dicairkan? Tidak hanya es batu atau hati loh yang 
bisa mencair, amal juga bisa mencair. Suerrr....

Allah dalam surat Al-Zalzalah ayat 7 sudah menyebutkan bahwa kebaikan hamba-Nya meski sekecil dzarrah pun akan dibalas oleh-Nya, dan taukah kalian dzarrah itu sekecil apa? Atom yang dibilang orang adalah sesuatu yang sangat kecil, maka dzarrah lebih kecil daripada atom. Itulah janji-Nya. Hanya saja Ia menyembunyikan kapan waktunya, bisa Ia balas semasa kita masih di dunia, ataupun ketika nanti kita sudah di akhirat. Tiada perlindungan yang Maha Luas selain perlindungan-Nya. Dan amal kita itulah yang akan menolong kita.


Ada sebuah kisah yaitu dari salah satu sahabat penulis, sebut saja namanya Rizal dan Nisa (*bukan nama sebenarnya*). Semasa masih single alias bujangan alias belum menikah, mereka adalah orang yang sangat baik, selalu ikhlas dengan apa yang mereka kerjakan. Rizal seorang guru ngaji di sebuah komplek, dia mengajari ngaji seorang anak dengan tanpa pamrih dan imbalan, dia melakukannya dengan sukarela dan yakin bahwa apa yang telah dia lakukan akan dibayar sama Allah, dan BAYARAN Allah itu jauh lebih besar daripada bayaran yang bisa diberikan oleh manusia.

Nisa, adalah seorang akhwat luar biasa lincah dengan selalu mengukir senyum indah di wajahnya. Tak pernah sedikit pun aku lihat raut wajahnya merah padam atau sendu. Dia seorang pebisnis, akhwat tangguh yang bisa membiayai sekolahnya dari hasil bisnisnya sendiri. Dia rela telat masuk kuliah selama 2 tahun demi menabung untuk biaya sekolahnya. Orangtuanya yang selalu mensupportnya, doa-doanya yang selalu meyakinkan hatinya, tiada hal lain lagi yang ia butuhkan saat itu.

Sampai tiba saatnya, Nisa sudah merasa dewasa, ia sudah memiliki penghasilan sendiri, ia sudah bisa mengelola-mengatur emosi, ia yang sudah bisa berfikir tenang dan dewasa, pun Rizal yang sudah memiliki mental dewasa, sudah memiliki penghasilan meski tak seberapa. Mereka dipertemukan oleh MR ‘Murabbi’ masing-masing di suatu tempat dengan tujuan pertemuan yang jelas, yaitu men”taaruf”kan keduanya.

Setelah berbincang-bincang sekian lama, akhirnya muncullah sebuah keputusan bahwa “jawaban” atas “taaruf”an itu akan disampaikan 3minggu setelahnya (bukan waktu yang sebenarnya).

3 minggu berlalu, muncullah sebuah jawaban pada keduanya bahwa mereka siap untuk mempertemukan kedua pihak keluarga dan melakukan khitbah atasnya. Pertemuan dua keluarga telah dilakukan, tanggal pernikahan telah ditentukan, dan kini saatnya keduanya terus tawakkal dan ikhtiar untuk persiapan pernikahan mereka.

Di dalam perjalanan menuju pelaminan itu, banyak sekali halang rintang yang mereka hadapi, mulai dari pertentangan kedua pihak orangtua yang berfikiran bahwa usia mereka masih sangat muda untuk menikah, lalu biaya menikah dan lain sebagainya.

Dan tepat pada saat muncul berbagai macam ujian itulah mereka memohon pada Allah untuk menunaikan janji-janji-Nya yaitu “mencairkan amal”, mereka memohon kepada Allah untuk dimudahkan segala urusannya dari yang terkecil hingga yang paling besar.

Lalu apakah yang terjadi? Saat Rizal mengajar ngaji di tempat ia mengajar itu, ia ditanya oleh orang tua sang anak yang dia ajarin mengaji, “Saya dengar Kamu mau menikah ya?” --- “Iya Bu”, jawab Rizal. “Bagaimana sekarang persiapannya?” --- “Masih mencari tempat rias pengantin yang murah Bu”... Lalu tanpa diduga ibu itu pun berkata, “Kebetulan saya punya salon yang bisa merias pengantin, izinkan saya untuk membantumu, anggap saja ini bayaran untuk jasamu mengajar anak saya”.. deggg,, rasanya seperti disambar geledek.. “Maha Besar Allah”.

Lalu sang akhwat tidak sengaja bertemu dengan salah satu orang penting di partai politik yang ada di Jawa Barat, “Neng, katanya mau menikah ya?” --- “Muhun Pak” (‘muhun’ artinya ‘Iya’ dalam bahasa Sunda alus) --- “Ini Bapak ada tiket menginap di Hotel Tiara (bukan nama yang sebenarnya), gunakan untuk bulan madu kalian” --- “Wahh, subhanallah.. terima kasih Pak”.. Luar Biasa bukan...


Intinya adalah, Janganlah segera menjudge Allah dengan berbagai prasangka buruk kita. Mungkin Allah tidak mengabulkan doa kita pada saat ini karena memang saat ini kita belum membutuhkan cairan amal itu, siapa tau suatu saat ketika perjuangan hidup kita berada di ujung tanduk, maka Allah segera mencairkannya untuk menyelamatkan kita.

Contoh di atas adalah contoh kisah yang dialami sahabat penulis, itu adalah kisah yang sebenarnya dengan sedikit modifikasi namun tidak mengurangi esensi.


Pesan moralnya, lakukan perbuatan baik sekecil apa yang bisa kamu lakukan, siapa tau perbuatan baik yang kecil itu dinilai besar di mata Allah sehingga itu yang akan menyelamatkanmu dari siksa api neraka, Sungguh Allah Maha Mengetahui dan kita tidak tau.

By : Nice Muslimah

Pemuda Setengah Baya

Kamis, 13 September 2012 0 komentar



Mata memandang sejauh kurang lebih 6meter ke depan dari singingan jendela kantor guru SMKN 1 Bandung yang berbalut kaca. Seseorang setengah baya mengenakan kaos warna biru dan celana dinas warna kuning memegang sebuah gunting besar pemotong rumput. Dengan 2 tangan ia angkat gunting itu dan perlahan ia gunakan untuk memotong ranting-ranting tumbuhan yang menjulang menembus permukaan daun tumbuhan itu.
Dengan gunting ia rapihkan dedaunan dan bunga tumbuhan itu, sehingga daun-daun yang menutupi tumbuhan itu bagaikan sebuah kubah masjid, melengkung begitu indahnya.
Dia kusebut setengah baya karena terlihat dari otot-otot mukanya telah menunjukkan usia yang lebih dari setengah abad. Dan kusebut ia adalah seorang 'Pemuda' karena meski otot tangannya sudah menampak di permukaan kulit tapi kekuatannya bak besi yang berbalut kulit. Gajinya ga besar, bajunya ga bagus & lusuh namun masih terlihat rapih, tapi jasanya tak semua orang bisa melakukannya.
Ia rapihkan tumbuhan bunga itu meski tak serapi sandangnya. Ia keluarkan kekuatan besarnya meski tak sebesar gajinya. Tapi apa yang ia hasilkan? Sebuah tumbuhan yang terletak di taman depan kantor guru SMKN 1 Bandung, daunnya seperti kubah, menelungkup. Warnanya hijau dan sesekali nyembul beberapa kelopak keindahan bunga berwarna merah. Tumbuhan ini menambah keindahan panorama di halaman SMKN 1 Bandung.
Dialah yang paling berjasa :
si Tukang Kebun

by : Nice Muslimah

 

 
Muslimah Negarawan © 2011 | Designed by RumahDijual, in collaboration with Online Casino, Uncharted 3 and MW3 Forum