Khalifah Umar Bin Khatab : Pemimpin Yang Penuh Tanggung Jawab*)
(untuk diteladani)
Sumber bacaan utama : Download Internet
"penjaga kebun hikmah, 12 Pebruari 2006 dan 08 September 2006"
Pendahuluan
Khalifah Umar pernah didatangi putranya saat dia berada
di tempat kerjanya kemudian bercerita tentang keluarga dan masalah yang terjadi di
rumah. Seketika itu Umar mematikan lampu ruangan dan si anak bertanya, sebab
apa ayah mematikan lampu sehingga hanya berbicara dalam ruangan yang gelap,
dengan sederhana sang ayah menjawab bahwa lampu yang kita gunakan ini adalah
amanah dari rakyat yang hanya dipergunakan untuk kepentingan pemerintahan bukan
urusan keluarga.
Umar Bin Khatab adalah khalifah ke-dua sesudah Abu Bakar, termasuk
salah seorang yang sangat dikasihi oleh Nabi Muhammad Saw semasa hidupnya.
Sebelum memeluk Islam, merupakan musuh yang paling ditakuti oleh kaum muslimin.
Namun semenjak ia bersyahadat dihadapan Rasul (± tahun keenam sesudah Muhammad
Saw diangkat sebagai Nabi Allah), ia menjadi salah satu benteng Islam yang
mampu menyurutkan perlawanan kaum Quraish terhadap diri Nabi dan sahabat-nya.
Pada jaman kekhalifahannya, Islam berkembang luas dari Timur hingga ke Barat,
kerajaan Persia dan Romawi Timur ditaklukkan dalam waktu hanya satu tahun.
Beliau meninggal dalam umur 64 tahun karena dibunuh, dikuburkan
berdekatan dengan Abu Bakar dan Rasulullah dibekas rumah Aisyah yang sekarang
terletak didalam masjid Nabawi di Madinah AI Munawarah Beliau adalah salah satu
dari Sahabat Rasulullah Saw. Yang Ahli Surga, hal ini sebagaimana dalam bukunya
Bey Arifin, Samudera Al-Fatihah yang diterbitkan pada tahun 1965, mengenai 10 orang
sahabat terdekat Rasul sekaligus yang dijamin masuk surga (Asratul Kiraam).
Serta dapat disimak Al-Qur'an (Surat At-T aubah ayat ke-100) ± maknanya :
"Dan orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di
antara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka
dengan baik, Allah ridho kepada mereka dengan mereka dan mereka ridho kepada
Allah. Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir di bawahnya
sungai-sungai. Mereka kekal di dalprnnya selama-Iamanya. Itulah kemenangan yang
agung".
Sebutan "Al Faruq", atau Sang Pembeda, adalah gelar yang
diberikan Rasulullah Nabi Muhammad Saw untuk Umar bin Khattab. Konon, Umar
dikaruniai tubuh yang tinggi dan besar, bahkan untuk ukuran orang Arab
sekalipun. Kalau ditengah-tengah keramaian, maka sangat gampang mencari Umar
karena pundak sampai kepalanya tersembul di antara orang-orang sekitarnya.
Tidak hanya itu, Umar memiliki tenaga yang kuat yang menurut riwayat sama
dengan kekuatan 20 orang dewasa saat itu. Umar adalah langganan juara gulat di
semacam pasar malam yang ada dan merupakan tradisi di Mekkah saat itu. Khattab
mendidik Umar dengan keras, tegas, dan disiplin. Pada masa itu hanya sedikit
sekali yang bisa tulis-baca, dan Umar adalah salah satu dari yang sedikit itu.
Umar mengetahui banyak sejarah Arab dan juga ilmu binatang. Umar pandai berbicara
di depan orang banyak, dia dikaruniai suara yang berat dan berwibawa. Ini menggambarkan
bahwa Umar adalah anak Quraish yang cerdas.
Saat awal-awal Rasulullah mulai menyebarkan Islam, Umar adalah
penghalang yang paling dahsyat. Kaum muslimin saat itu menderita karenanya, di
sisi lain kaum Quraish merasa sangat terbantu oleh kehadiran Umar. Oleh karena
itulah, Rasulullah memilih untuk berdakwah dan beribadah diam-diam menghindari
kezaliman Umar bin Khattab dan kaum kafir Quraish lainnya. Namun, Rasulullah
atas petunjuk Allah mengetahui Umar lebih daripada yang lain. Rasulullah menyadari
keistimewaan Umar, sebagaimana dia juga menyadari kelebihan "Amir bin
Hisyam (Abu Jahal)" yang merupakan pemimpin kaum Quraish di Mekkah saat
itu. Oleh sebab itu, Rasul pernah bermohon kepada Allah agar Dia sudi menolong
perjuangan Islam dengan salah seorang yang lebih disukaiNya, antara dua "ain
mim ra", yaitu Umar atau Amir. Doa Rasul akhirnya dijawab Allah.
Begini ceritanya. Setelah Islam datang ke Umar dengan tidak secara langsung, melainkan
lewat kerabat-kerabat dekatnya yang satu per satu "jatuh" ke agama
Islam yang diridhoi Allah SWT (baca : di bawah).
Suatu ketika. Umar melihat Rasulullah sedang di dekal Ka'bah dan
membaca beberapa ayat dari AI Quran. Umar mencuri-curi dengar dan dia pikir
ayat-ayat yang dibacakan Rasullullah adalah puisi karya pujangga hebat
Rasullullah mengulang-ulang ayal-ayat itu dan mengatakan bahwa ayat-ayat ini
bukanlah puisi karya pujangga, melainkan perkataan Allah yang disampaikan
melalui Malaikal Jibril. Umar terpana, dalam hatinya terbersit pemikiran
mungkin saja apa yang disampaikan Muhammad Saw itu adalah benar. Umar mengabaikan
perasaan itu dan memilih untuk konsultasi dengan para pemimpin Quraish.
Diadakan rapat mendadak yang dihadiri oleh tokoh-tokoh penting suku Quraish.
Keputusannya adalah penyebaran agama Islam harus dihentikan dan Muhammad harus
dibunuh. Dicari sukarelawan yang bersedia dan mampu untuk itu. Umarpun
mengajukan diri.
Suatu hari yang sangat panas tahun 616 Masehi, Umar menyandang
pedang siap membunuh Rasulullah.
Dalam perjalanannya menuju rumah Rasul, Umar bertemu dengan Nu'aim
bin Abdullah, salah seorang teman akrab Umar. Nu'aim juga sudah menerima Islam
saat itu, tapi Umar belum tahu. Nu'aim melihat wajah Umar yang tegang, diapun
bertanya. Umar menjawab bahwa dia sedang menuju ke rumah Muhammad untuk
membunuhnya. Nu'aimpun menjawab, ”Hati-hati. Kalau kamu sakiti Muhammad, maka kamu
berurusan dengan keluarga Hashim. Kamu tanggung sendiri akibatnya!" Umar
marah, ”Rupanya kamu juga sudah menjadi Muslim, ha !? Nu'aim menjawab, Umar,
jangan pikirkan saya, tapi kamu pikir dulu adikmu dan adik iparmu dua-duanya
sudah memeluk Islam, mungkin mereka sedang membaca Quran saat ini.' Umar kaget,
diganti arah langkah kakinya yang semula ke rumah Muhammad Saw menjadi ke rumah
Said bin Amir. Umar sangat sayang pada Fathima dan suaminya. Tidak pernah
terpikir olehnya bahwa adik kandungnya memeluk Islam. Dia tidak mau mempercayai
berita ini, tapi ada keraguan dalam hatinya bahwa berita itu bohong.
Sesampainya di rumah Said, Said dan Fatima sedang membaca Al-Quran
yang ditulis di daun-daun korma. Umar yang sudah ada di luar mendengar
sayup-sayup sebelum akhirnya diketoknya pintu. 'Siapa?' tanya Said, 'Bukakan
pintu, ini Umar!' teriak orang yang di luar. Said dan Fathima kaget dan
ketakutan. Sementara Said membukan pintu, Fathima menyembunyikan daun-daun
bertuliskan ayat-ayat Al-Quran. Umar masuk menyingkirkan Said. Fathima
menyongsong dan tersenyum. Wajah Umar merah karena marah, dia bertanya dengan
suara menggelegar: 'APA YANG SEDANG KALIAN BACA!' 'Tidak ada; balas Fathima.
'Saya dengar berita bahwa kalian sudah memeluk Islam, katakan bahwa berita ini
bohong!' 'Apa pendapatmu, wahai Umar, sekiranya kebenaran itu ada di pihak
mereka?' balas Said. Umar langsung mencengkram leher Said dan mengangkatnya
tinggi-tinggi. Fathima berkata, 'Lepaskan tanganmu dari suamiku. Jika kamu
ingin mengatakan sesuatu, katakan pada saya, tapi jangan sentuh suamikul"
Umar bertanya, 'Katakan, apakah benar kalian sudah menjadi muslim?' Fathima
menjawab, "Ya, kami sudah menjadi muslim. Kamu bisa saja membunuh kami
jika kamu suka, tapi kami tidak akan mengganti keimanan kami.' Umar tertegun,
kalimat yang sama didengar saat dia mengancam Lubna budaknya, keteguhan yang
sama dia dengar dari saudara perempuannya. Dilepaskannya Said. "Kalau
begitu , perlihatkan daun-daun yang kamu sembunyikan itu kepada saya sehingga
saya bisa melihat isinya; pinta Umar. 'Tidak, badanmu kotor, mandilah terlebih
dahulu; ujar Fathima. Entah kenapa, Umarpun menuruti. Selesai mandi,
diterimanya daun-daun bertuliskan ayat-ayat Quran itu dari Fathima. Dibacanya keras-keras,
'Taa Haa, Kami tidak menurunkan Al Quran ini kepadamu agar kamu
menjadi susah; tetapi sebagai peringatan bagi orang yang takut (kepada Allah) yaitu
diturunkan dari Allah yang menciptakan bumi dan langit yang tinggi (yaitu)
Tuhan Yang Maha Pemurah yang bersemayam di atas Arsy. KepunyaaNyalah semua yang
ada di langit dan di bumi, semua yang di antara keduanya dan semua yang di
bawah tanah.
Dan jika kamu mengeraskan ucapanmu, maka sesungguhnya dia
mengetahui rahasia dan yang lebih tersembunyi Dialah Allah, tidak ada Tuhan
yang berhak disembah melainkan Dia (Dia mempunyai namanama yang baik (asm,aul
husna)
Dibaca surat itu berkali-kali sampai dia jatuh tersungkur. Dia
merasa ayat-ayat itu ditujukan khusus untuk dia, dengan Taa Haa merujuk kepada
seorang kafir Umar. Umar tiba-tiba merasakan ketakutannya pada Allah, hatinya
berbisik 'Wahai Umar, sampai kapan kamu akan tetap mengingkari jalan yang kamu
sendiri mengetahui kebenarnnya. Apakah belum datang waktu bagimu untuk melihat
kebenaran?' Umar bangkit dan berkata kepada Said dan Fathima, 'Saya tadi datang
sebagai musuh Islam. Sekarang saya akan pergi sebagai sahabat Islam. Pedang ini
tadinya untuk membunuh Muhammad, sekarang saya sarungkan. Tunjukkan kepada saya,
di mana Muhammad sekarang berada.
Saya hendak menemuinya: "Allahu Akbar: tangis Said dan
Fathima. Umar bergegas melangkahkan kakinya ke rumah Arqam, seorang sahabat
yang rumahnya sering dipakai Rasul untuk berkumpul dengan muslim yang lain. Umar
mengetok pintu. "Siapa?' tanya seseorang dari dalam. "Umar bin
Khattab; jawabnya dengan lantang. Orang-orang yang berkumpul di dalam heboh.
"Umar datang... Umar datang..., apa yang akan terjadi gerangan?"
Seseorang mengintip keluar, dilihatnya Umar dengan pedang tersandang
dipinggangnya. Dia pun enggan membuka pintu. Hamzah, paman Muhammad SAW,
berkata, 'Bukakan pintu; jika dia datang dengan maksud baik, kita terima. Kalau
dia ingin membuat huru-hara, saya percaya kita bisa mengalahkannya
bersama-sama: Pintu dibuka, Umar masuk. "Hai Umar, apa perkara yang membawamu
ke sini?' tanya Hamzah. Para muslim yang lain bersiap-siap mencbut pedang kalau
Umar tiba-tiba membuat keonaran.
Mendengar keributan, Rasulullah keluar dari biliknya dan berkala,
'Jangan ganggu dia, biarkan dia maju: Umar maju menghampiri Rasulullah dan
Rasulullahpun bertanya, "Wahai Umar. sampai kapan kamu akan tetap
mengingkari jalan yang kamu sendiri mengetahui kebenarnnya. Apakah belum datang
waktu bagimu untuk melihat kebenaran?' "Benarlah waktu sudah datang bagi
saya untuk melihat kebenaran. Saya datang ke sini untuk mengikrarkan keimananku
dalam Islam, jawab Umar. Rasulullah mengenggam tangannya, Umar berkata dengan
suara yang bergetar "Saya bersaksi tiada Tuhan selain Allah, dan Muhammad
adalah utusannya: Dan Umarpun menjadi orang keempat puluh yang masuk Islam.
Kaum muslimin yang hadir dalam majelis saat itu heboh, Allahu Akbar bergema di
setiap pojok ruangan. Satu per satu datang menghampiri Umar dan menyelamatinya.
Kegembiraan tidak hanya dimiliki kaum muslim saja. Malaikat Jibril datang dan
berkata pada Rasulullah, 'Oh Kekasih Allah, para penghuni sorga bergembira
dengan kedatangan Umar dalam Islam dan mereka mengucapkan selamat kepadamu.
Sumber: penjaga kebun hikmah. Judul: Umar Sang Pembeda.
Submitted by Buyung Sun, 2006-02-12 12:36.
Contoh-contoh kepemimpinan Umar bin Khatab
Khalifah Umar bin Khatab dikenal sebagai pemimpin yang sangat
disayangi rakyatnya karena perhatian dan tanggungjawabnya yang sangat luar
biasa pada rakyatnya. Salah satu kebiasaannya adalah melakukan pengawasan
langsung dan sendirian berkeliling kota mengawasi kehidupan rakyatnya.
Beberapa kisahnya :
Suatu malam, Abdurrahman bin Auf dipanggil oleh Khalifah Umar
diajak pergi ke pinggir kota Madinah. "Malam ini akan ada rombongan
kafilah akan bermalam di pinggir kota" , kata Khalifah Umar kepada Abdurrahman
bin Auf. "Lalu apa masalahnya?" tanya Abdurrahman. "Kafilah ini
membawa barang dagangan yang banyak, maka kita sebaiknya ikut menjaga
keselamatan barang dari gangguan tangantangan usi!. Jadi nanti mal am kita
sarna-sarna harus mengawal mereka", sahut Khalifah. Abdurahman dengan senang
hati membantu dan siap mengorbankan jiwa raganya menemani tugas khalifah yang
ia cintai ini. Sedemikian sang khalifah menjalankan tugasnya, turun tangan
langsung untuk memastikan rakyatnya tidur dan hidup dengan tenang. Bahkan malam
itu khalifah Umar mendesak Abdurahman untuk tidur sambil siaga sementara ia
sendiri tetap terjaga hingga pagi hari. Khalifah Umar bin Khattab memang
dikenal sebagai pemimpin yang selalu melakukan perbuatan-perbuatan baik secara
diam-diam. Orang yang ditolongnya sering tidak tahu bahwa penolongnya adalah
khalifah yang sangat mereka cintai.
Pernah suatu malam, Auza'iy 'memergoki' Khalifah Umar masuk rumah
seseorang. Ketika keesokan harinya Auza'iy datang ke rumah itu, ternyata
penghuninya seorang janda tua yang buta dan sedang menderita sakit. Janda itu
mengatakan, bahwa tiap malam ada orang yang datang ke rumah mengirim makanan
dan obat-obatan. Tetapi janda tua itu tidak pernah tahu siapa orang tersebut.
Padahal orang yang mengunjunginya tiap malam tersebut tidak lain adalah
khalifah yang sangat ia kagumi selama ini.
Suatu malam lain, ketika Khalifah Umar berjalan-jalan di pinggir
kota, tiba-tiba mendengar rintihan seorang wanita dari dalam sebuah kemah yang
lusuh. Ternyata yang merintih itu seorang wanita yang akan melahirkan. Di
sampingnya, duduk suaminya yang nampak bingung. Maka pulanglah sang Khalifah
dan mengajak isterinya "Ummu Kalsum" untuk menolong wanita yang akan
melahirkan anak itu. Tetapi wanita yang ditolongnya itu pun tidak tahu bahwa
orang yang menolong dirinya adalah Khalifah Umar, Amirul Mukminin yang mereka
kagumi.
Kisah lainnya, ketika Khalifah sedang "ronda" mendengar
tangisan anak-anak dari sebuah rumah kumuh. Dari jendela ia mendengar, sang ibu
sedang berusaha menenangkan anaknya. Rupanya anaknya menangis karena kelaparan,
sementara sang ibu tidak memiliki apapun untuk dimasak malam itu. Sang ibupun berusaha
menenangkan sang anak dengan berpura-pura merebus sesuatu yang tak lain adalah
batu, agar anaknya tenang dan berharap anaknya tertidur karena kelelahan
menunggu. Sambil merebus batu dan tanpa mengetahui kehadiran Khalifah Umar,
sang ibupun bergumam mengenai betapa enaknya hidup khalifah negeri ini
dibanding hidupnya yang serba susah. Khalifah Umar yang mendengar tidak dapat
menahan tangisnya, iapun pergi saat itu juga meninggalkan rumah itu. Malam itu
juga ia menuju ke gudang makanan yang ada di kota, dan mengambil sekarung bahan
makanan untuk diberikan kepada keluarga yang sedang kelaparan itu. Bahkan ia
sendiri yang memanggul karung makanan itu dan tidak mengizinkan seorang pegawainya
yang menemaninya untuk membantunya. Ia sendiri pula yang memasak makanan itu, kemudian
menemani keluarga itu makan, dan bahkan masih sempat pula menghibur sang anak
hingga tertidur sebelum ia pamit untuk pulang. Keluarga itu tidak pernah tahu
bahwa yang datang mempersiapkan makanan buat mereka mal am itu adalah khalifah
Umar bin Khatab !
Masya Allah!!
"Bukan main" dan Bukan main-main !!
Tentu kita semua rindu adanya pemimpin-pemimpin di semua lini yang
seperti di atas; seperti Umar yang FARUQ dan juga seperti Abu Bakar yang
SIDDIQ.
Penutup
"Ya Allah, jadikanlah kebaikan sebagai akhir dari semua
urusan kami, dan selamatkanlah kami dari kehinaan dunia dan siksa
akhirat." "Ya Tuhan kami, terimalah permohonan kami, sesungguhnya
Engkau Maha mendengar lagi maha mengetahui, wahai Dzat yang maha hidup, yang
memiliki keagungan dan kemuliaan."
*) Bahan kultum di Masjid As Salam Pusdiklat Kehutanan (Priyambudi
S.), Bogor-Nopember 2006.